Artikel

Artikel

Yesus Kristus, Putra Allah, adalah Allah

Posted 06/03/2013 | 12:03

“Tetapi tentang Anak Ia berkata, “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.” (Ibrani1:8)

Dalam Matius 16:15, Tuhan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”. Setelah Anda bertahun-tahun percaya dan mengikuti Tuhan Yesus, apakah jawaban Anda atas pertanyaan Tuhan Yesus ini? Marilah kita menggunakan pembahasan topik ini untuk menjawab pertanyaan Tuhan ini.

Dalam Surat Ibrani kita nampak Kristus yang sekarang, saat ini di surga menjadi pelayan ibadah kita (8:2) dan Imam Besar kita (4:14‑15; 7:26), yang menyuplaikan hayat surgawi, anugerah, kuasa, dan kekuatan‑Nya kepada kita, dan menopang kita agar kita dapat menempuh hidup surgawi di bumi ini. Dia ada­lah Kristus yang sekarang, Kristus yang hari ini, dan Kristus yang ada di atas takhta sebagai keselamatan kita sehari-­hari serta suplai kita setiap saat.

Kita akan mengambil sebuah ilustrasi dari telur ayam yang biasa kita makan untuk makan pagi. Bagian luar te­lur ayam terdapat kulit telur, sedang di dalamnya adalah unsur‑unsur dari seekor ayam. Kita makan unsur ayam yang di dalam telur, bukan kulit telur. Setelah seekor anak ayam menetas keluar, yang tertinggal adalah kulit telur itu belaka. Saat itu, tidak ada seorang pun mau makan kulit telur itu, melainkan membuangnya ke tong sampah. Inilah suatu ilustrasi dari agama Yahudi. Sebelum Kristus da­tang, agama Yahudi adalah sebutir telur. Pada suatu hari, telur menetas dan anak ayam keluar, ini berarti Kristus telah keluar dari kulit telur itu. Dulu, anak ayam dengan telur adalah satu, dan telur itu patut dihargai orang, sebab di dalamnya terdapat anak ayam. Tetapi pada suatu hari Yesus telah keluar. Anak ayam itu telah keluar dari kulit telurnya. Kini ayam ini tidak saja berjalan di bumi atau terbang di angkasa, bahkan telah duduk di surga tingkat ketiga. Ayam ini jauh tinggi di surga, tetapi kulit telurnya tertinggal di bumi. Jangan begitu bodoh dan bingung ke mana Anda harus pergi, kepada ayam itukah atau tetap tinggal menemani kulit telurnya? Sudah tentu Anda harus pergi kepada ayam itu. Jangan tinggal bersama kulit te­lurnya.

Prinsip ini dapat diterapkan dalam setiap perkara aga­ma. Setiap perkara agama tanpa Kristus adalah kulit luar yang hampa. Kita mengadakan pemecahan roti setiap hari Ming­gu, tetapi jika hanya ada meja pemecahan roti tanpa Kristus di dalamnya, itu pun suatu kulit luar yang hampa. Pelayanan, pemberitaan, atau pekerjaan kristiani Anda akan menjadi sekadar kulit luar jika se­muanya hanyalah aktivitas kristiani belaka. Pendek kata, segala perkara yang mendasar, alkitabiah, dan agamis ser­ta apa saja yang ditujukan kepada Allah, jika bukan Kristus sebagai realitasnya tetaplah merupakan kulit luar.

Kita semua harus nampak betapa mudahnya kita me­miliki kulit luar tanpa ayamnya. Apakah agama? Agama ialah melayani Allah, menyembah Allah, dan memperbaiki diri untuk mencari perkenan Allah, namun tanpa Kristus. Menyembah, melayani Allah serta menjadi orang baik di hadapan Allah, itu semua memang baik, tetapi bila di dalamnya tidak ada Kristus, itu hanyalah agama. Hanya Kristuslah realitas. Kita harus memiliki Kristus!

Surat Ibrani seratus persen membicarakan tentang Kristus dan untuk Kristus. Kristus ini bukanlah Kristus yang doktrinal, melainkan Kristus yang hari ini untuk kita alami. Ibrani 1:1‑3 menerangkan kepada kita bahwa Kristus telah menggenapkan segala sesuatu dan kini duduk di sur­ga di sebelah kanan yang Mahabesar. Ibrani 4:14 menga­takan bahwa Ia adalah Imam Besar yang telah melintasi semua langit. Ibrani 6:20 me­ngatakan bahwa Ia adalah Perintis yang telah berlari dan yang pertama mencapai sasaran. Dialah yang pertama memasuki tabir itu. Ibrani 7:26 mengatakan Dialah seorang Imam Besar yang demikian, karena Ia lebih tinggi daripada tingkat‑tingkat surga. Dia menempati kedudukan tertinggi di alam semesta. Ibrani 8:1, 9:24, dan 10:12 semua mene­rangkan kepada kita bahwa Kristus yang pernah wafat itu kini berada di surga, juga menyertai kita. Oh, kita harus mengontaknya! Buanglah kulit luar itu! Lupakanlah agama! Kita semua harus menjamah Kristus, yang surgawi, Kristus yang sekarang, dan Kristus yang hari ini. Ia demikian riil, demikian hidup! Kini dengan hayat, kuasa, dan kekuatan surgawi‑Nya Ia menyuplai kita sehingga kita yang seka­lipun berada di bumi dapat menempuh hidup surgawi. Ia tidak hanya sebagai karunia keselamatan kita sehari‑hari, bahkan menjadi suplai setiap saat. Dialah Kristus yang sedemikian. Kita semua harus mengenal dan mengalami­-Nya. Lupakan agama! Kristus telah kita miliki! Kita tidak lagi mempertahankan bentuk atau upacara, melainkan rea­litas.

Dalam memulai Surat Kirimannya, penulis kitab Ibrani menunjukkan bahwa Allah kita jauh lebih baik daripada Allah di dalam agama Yahudi yang usang. Dia bukan hanya Allah Bapa, tetapi juga Allah Putra. Dua konsepsi ini terdapat dalam Yesaya 9:5, " . . seorang Putra telah diberikan untuk kita ... dan nama‑Nya disebutkan orang ... Allah yang Perkasa, Bapa yangkekal." Seorang Putra telah diberikan untuk kita, namun nama‑Nya disebut Bapa yang kekal. Bapa itu adalah Putra yang sekarang dikaru­niakan kepada kita. Bapa adalah mengacu kepada apa ada­nya Dia, sedang Putra adalah mengacu kepada Dia telah dikaruniakan kepada manusia. Di dalam Dia sebagai Allah, Dialah Bapa, sedang di dalam Dia yang dikaruniakan kepa­da kita, Dialah Putra. Seperti telah jelas diwahyukan oleh Yesaya 9:5 bahwa ketika Dia dikaruniakan, Dia adalah Putra, namun Dia disebut juga Bapa yang kekal. Bapa ada­lah mengacu kepada apa adanya Allah, dan Putra adalah mengacu kepada Dia dikaruniakan kepada kita untuk men­jangkau kita, didapatkan oleh kita dalam pengalaman kita. Bila Ia hanya sebagai Bapa, kita tidak akan dapat mene­rima‑Nya atau menikmati‑Nya. Puji Tuhan, Dia adalah Putra yang dikaruniakan kepada kita, "Karena Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak­Nya yang tunggal" (Yoh. 3:16). Putra adalah karunia ilahi dari Bapa, dan karunia ilahi ini adalah Allah sendiri. Dalam Putra, Allah mengaruniakan diri‑Nya sendiri kepada kita sebagai karunia ilahi. Allah kita adalah Allah yang terekspresikan, Allah yang mencapai kita, yang diterima oleh kita, yang dialami oleh kita, dan menjadi kenikmatan kita dari hari ke hari. Inilah Allah kita. Sudah tentu ini lebih baik daripada Allah agama Yahudi atau agama lainnya. Allah ini adalah Yesus, Putra Allah, Allah sen­diri. Dialah ekspresi Allah, Allah yang mencapai kita, Allah yang diterima, dialami, dinikmati, dan dimiliki oleh kita.

Ibrani 1 me­wahyukan dua hal yang utama tentang Putra Allah, yaitu persona‑Nya dan pekerjaan‑Nya. Mengenai persona Putra Allah dalam pasal 1, Dia adalah: a). Cahaya kemuliaan Allah (ay. 3); b). Gambar wujud Allah (ay. 3); c). Allah itu sendiri (ay. 8); d). Tuhan, yaitu Pencipta (ay. 10). Sedangkan mengenai pekerjaan Putra Allah terbagi menjadi dua kategori, yaitu: penciptaan dan penebusan. Dalam penciptaan, Putra Allah: a). Menciptakan alam semesta di masa lampau (1:2, 10;Yoh. 1:3; Kol. 1:16; 1 Kor. 8:6); b). Menopang, menunjang, dan menggerakkan segala sesuatu di masa kini (1:3); c). Mewarisi segala sesuatu di masa akan datang (1:2). Dalam penebusan, Putra Allah: a). Telah menyucikan dosa-dosa di masa lampau (1:3); b). Duduk di sebelah kanan Allah di masa kini (1:3, 13; 8:1; 10:12; 12:2); c). Menantikan tertakluknya musuh di masa akan datang.

Ibrani 1 juga mewahyukan bahwa Dia dilahir­kan sebagai Putra Allah dalam kebangkitan untuk menya­lurkan hayat kepada banyak putra Allah (1:5); Dia adalah Putra sulung Allah yang akan datang kembali (1:6); Dia akan menjadi Raja di atas takhta dengan tongkat kekuasa­an di dalam kerajaan (1:8‑9); dan Dia akan tetap sampai se­lama‑lamanya di dalam kekekalan yang akan datang (1:12). Pasal pendek ini telah mencakup sangat banyak mengenai adanya Kristus dari kekekalan yang lampau sampai keke­kalan yang akan datang. Inilah Kristus kita.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Pelajaran Hayat Ibrani, Bab 1, 3-4, Witness Lee.


Fitur komentar ditutup.