Artikel

Artikel

Tercetaknya Kristus sebagai Teladan ke Dalam Kita

Posted 16/08/2014 | 12:08

Pembacaan Alkitab: Flp. 2:5‑16


Kitab Filipi adalah sejilid kitab mengenai pengalaman atas Kristus. Jika kita ingin mengalami dan memperhidup­kan Kristus, haruslah kita mengenal Dia sebagai teladan kita. Dalam Filipi 2:5‑11 Paulus menampilkan Kristus sebagai teladan kita. Kita harus mempunyai kesan yang dalam akan teladan ini, bahkan membiarkan teladan ini terinfus ke dalam kita.

Dalam Kitab Kolose kita nampak bahwa Kristus itu almuhit juga alwasi. Kristus yang almuhit ini tidak lain ialah Allah sendiri. Tetapi, sekalipun Ia setara dengan Allah, Ia "me­ngosongkan diri‑Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" (Flp. 2:7). Ia tidak menganggap kesetaraan‑Nya dengan Allah sebagai se­suatu yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Ia mengesam­pingkan kesetaraan ini dan mengosongkan diri‑Nya sendiri. Walau Ia hidup dalam bentuk Allah, tetapi ia mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia, memiliki corak manusia. Di satu pihak, Kristus asalnya memiliki rupa Allah, namun Ia mengosongkan diri­-Nya sendiri. Di pihak lain, Ia didapati dalam corak manu­sia, lalu merendahkan diri‑Nya sendiri dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Selaku Jurusela­mat, Kristus memiliki sifat ilahi dan insani; Ia mengosong­kan diri dan merendahkan diri. Jadi, berdasarkan ayat 6 hingga 8, kita boleh menyebut Dia sebagai Kristus yang mengosongkan diri dan merendahkan diri.

Filipi 2:9 mengatakan, "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada‑Nya nama di atas segala nama." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah da­tang meninggikan Kristus. Peninggian Kristus tidak hanya berarti Dia diangkat dari bagian bumi yang terendah ke langit tingkat ketiga, juga berarti Ia dengan cara yang mulia dibawa kembali bersama sifat insani‑Nya ke rupa Allah. Sekarang Ia adalah teladan kita. Teladan kehidupan orang Kristen ialah Juruselamat, manusia‑Allah yang mengosongkan dan merendahkan diri‑Nya sendiri, dan yang telah di­tinggikan serta dimuliakan oleh Allah.

Sekarang teladan yang diwahyukan dalam Filipi 2:5‑11 harus menjadi keselamatan kita. Ini ditunjukkan oleh per­kataan "karena itu" pada awal ayat 12 (Tl.). Setelah memberi kita satu penglihatan yang jelas dari Kristus se­bagai teladan kita yang ajaib, Paulus berkata, "Karena itu, Saudara‑saudaraku yang terkasih ... tetaplah ker­jakan keselamatanmu dengan takut dan gentar" (Tl.). Sebagai teladan kita, Kristus itu inklusif juga eksklu­sif. Teladan ini eksklusif karena ia terpisah dari setiap hal yang duniawi, daging, atau dosa. Hal-hal negatif tidak ada bagian di dalam-Nya juga tidak ada hubungan dengan-Nya. Tetapi di pihak positif, Ia itu almuhit, karena Dialah Juruselamat, manusia-Allah yang mengosongkan dan merendahkan diri-Nya sendiri, dan yang telah ditinggikan serta dimuliakan oleh Allah. Teladan ini tersedia bagi kita, maka sekarang kita wajib mengerjakan keselamatan kita sendiri.

     Mengerjakan keselamatan kita berarti mengerjakan teladan ini dan menjadi satu cetakan ulang dari teladan ini dalam pengalaman kita. Sebagai teladan, Kristus dapat diibaratkan selembar huruf contoh yang dipakai untuk mencetak buku, sedang pengalaman subyektif kita atas teladan yang menjadi keselamatan kita dapat diibaratkan cetakan halaman-halaman buku itu. Dalam membuat sejilid buku, setiap halaman huruf contoh harus dicetak berulang-ulang hingga menjadi banyak buku. Dalam pengalaman kita, Juruselamat, manusia-Allah ini harus dicetak ulang dan menjadi keselamatan subyektif kita. Keselamatan yang kita kerjakan tidak lain adalah Kristus sebagai teladan kita.

Keselamatan dalam Filipi 2:12 bukan keselamatan dari hukuman Allah atau neraka, melainkan keselamatan yang kita alami dari hari ke hari, terutama dari sungut-sungut dan perbantahan. Dalam ayat 14 Paulus berkata, "Lakukanlah segala sesuatu tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantaban." Kita perlu keselamatan yang seketika untuk melepaskan kita dari sungut-sungut dan perbantahan. Baik sungut-sungut atau perbantahan semua adalah tanda pemberontakan dan pembangkangan. Dalam ayat 12 Paulus berkata bahwa orang-orang Filipi "senantiasa taat". Kita juga harus taat, taat kepada Kristus sebagai teladan kita. Sebagai teladan kita, Tuhan Yesus tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Sebaliknya, Ia mengosongkan dan merendahkan diri-Nya sendiri. Sekarang kita harus menaati teladan ini. Bila kita menaati Kristus sebagai teladan kita, dengan otomatis kita akan menger­jakan keselamatan kita dari sungut‑sungut dan perbantahan.

Filipi 2:13 mengatakan, "Karena Allahlah yang menger­jakan (beroperasi) di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan‑Nya." Ini menunjukkan bahwa kita dapat mengerjakan kesela­matan kita sendiri sebab Allah beroperasi di dalam kita. Keselamatan adalah teladan, dan Allah adalah Sang Opera­tor yang menggarapkan teladan ini ke dalam kita. Karena itu, kita. boleh mengatakan bahwa keselamatan adalah Allah sendiri yang beroperasi di dalam kita. Keselamatan, tela­dan, dan Allah bukanlah tiga hal yang terpisah, melainkan satu hal. Teladan adalah keselamatan, dan keselamatan ada­lah Allah. Di sini kita melihat satu hal dalam tiga aspek. Teladan adalah Kristus, manusia-Allah yang mengosongkan dan merendahkan diri‑Nya, dan yang telah ditinggikan ser­ta dimuliakan oleh Allah. Tetapi, Kristus ini adalah Allah sendiri yang menjadi keselamatan yang kita kerjakan se­tiap hari. Lagi pula, keselamatan ini sebenarnya adalah Allah yang beroperasi di dalam kita.

Perihal beroperasinya Allah di dalam kita menjadi ke­selamatan kita tidak boleh menjadi doktrin belaka, melain­kan harus kita alami secara riil setiap hari. Sering kali, ketika seorang saudari sedang menggerutu atau bersungut­-sungut, ia akan merasa ada sesuatu dalam batinnya yang mendesaknya untuk berhenti. Perasaan batin ini berasal dari Allah yang beroperasi di dalamnya. Karena rahmat Allah, jika ia menaati perasaan batin tersebut, ia akan mengalami keselamatan dan akan dipenuhi dengan sukacita.

Setiap hari kita boleh mengalami Allah yang beroperasi sebagai keselamatan kita yang riil. Setiap kali kita bekerja sama dengan Allah yang beroperasi di dalam kita, kita akan menikmati keselamatan. Operasi Allah akan menjadi keselamatan kita. Selain itu, keselamatan ini adalah cetak­an ulang atau reproduksi dari teladan itu. Bila teladan ini tercetak ulang di dalam kita, ia akan menjadi keselamatan kita. Pencetakan ulang teladan ini digenapkan oleh Allah yang beroperasi di dalam kita.

Ayat 16 mengatakan, "sambil menyatakan firman ha­yat" (Tl.).Ketika Allah beroperasi di dalam kita, dengan spon­tan kita akan menyatakan firman hayat. Pada kenyataan­nya, firman hayat sebenarnya adalah Allah yang beroperasi di dalam kita. Allah bekerja di dalam kita melalui firman­Nya; Dia beroperasi di dalam kita melalui menjadi firman hayat.

Setiap hari kita perlu mempraktekkan pengertian ini melalui datang kepada firman hayat, yaitu Alkitab. Setiap kali kita datang kepada firman, kita harus pula datang ke­pada Allah. Betapa kita bersyukur kepada Allah, karena Ia telah mewujudkan diri‑Nya di dalam firman, yaitu Alki­tab! Firman adalah perwujudan Allah yang tidak kelihatan dan rahasia. Banyak di antara kita yang dapat bersaksi dari pengalaman, yakni bila kita datang kepada Alkitab dan membuka diri kita, kita akan menjamah Allah, dan Allah akan beroperasi di batin kita. Setiap kali kita menjamah firman hayat, kita akan mengalami Allah beroperasi di dalam kita, bergerak di dalam kita, untuk menghasilkan ce­takan ulang dari teladan itu. Inilah keselamatan kita yang riil.