Artikel

Artikel

Persediaan Ilahi yang Kaya bagi Keselamatan Kita

Posted 25/09/2014 | 12:09

Pembacaan Alkitab: Flp. 2:5-16


Dalam Filipi 2:5‑16 Paulus tidak saja membicarakan keselamatan yang konstan dan sumbernya, ia juga memper­lihatkan persediaan yang ilahi dan kaya bagi keselamatan ini. Untuk mengerjakan keselamatan kita, kita memerlu­kan persediaan ini.

Aspek pertama dari persediaan ilahi bagi keselamatan konstan kita adalah teladan Kristus dan standar-Nya, seperti yang diwahyukan dalam Filipi 2:5-11. Dalam bagian ayat ini, kita nampak catatan tentang inkarnasi, kematian, kebangkitan, dan peninggian Kristus. Di sini Paulus menampilkan Tuhan Yesus dan inkarnasi, kehidupan insani, kematian, kebangkitan, dan peninggian‑Nya untuk memberikan teladan bagi keselamatan kita setiap hari. Teladan ini meliputi Kristus mengosongkan diri‑Nya sendiri, menjadi serupa dengan manusia, dan menjadi sama dengan manu­sia, Ia merendahkan diri‑Nya sedemikian rupa hingga taat sampai mati, bahkan mati di atas salib. Kemudian, Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati, dan mening­gikan Dia. Di sini kita tidak hanya memiliki satu teladan keselamatan yang konstan, tetapi juga standar keselamatan tersebut. Teladan ini mencakup pengalaman Kristus dari in­karnasi hingga penyaliban, dan standar ini mencakup pengalaman‑Nya dari kebangkitan hingga peninggian‑Nya. Dari hari ke hari kita perlu menikmati keselamatan yang mem­punyai teladan dan standar yang sedemikian ini.

Misalnya, seorang saudara dipersulit oleh istrinya. Cara untuk diselamatkan dari situasi ini ialah tidak mempertahankan kedudukannya sebagai kepala dan tidak mengharuskan istrinya patuh kepadanya. Ia tidak boleh menganggap dirinya sebagai raja dan istrinya sebagai rak­yat. Ia juga tidak boleh memaksa istrinya tunduk kepadanya dengan Efesus 5:22. Bertindak demikian berarti memperta­hankan kedudukannya sebagai kepala, atau kedudukannya sebagai suami. Itu berarti tidak menuruti prinsip Tuhan yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu seba­gai milik yang harus dipertahankan. Walau sukar bagi orang yang memiliki hak dan kedudukan sebagai kepala untuk mengesampingkan hak dan kedudukannya, namun itulah yang perlu saudara tersebut lakukan, agar ia dapat meng­alami keselamatan Tuhan yang konstan. Hanya saja, dalam kebanyakan kasus, seorang saudara yang telah menikah selalu mempertahankan kedudukannya sebagai kepala dan enggan mengesampingkan­nya. Hal yang demikian tidak jarang menimbulkan sungut‑sungut, perbantahan, dan percekcokan dengan kata‑kata pedas.

Aspek keduadari persediaan ilahi bagi keselamatan konstan kita adalah Allah yang beroperasi di dalam kita. Untuk mengikuti teladan dan standar Tuhan Yesus dalam Filipi 2:5-11, kita perlu memiliki Allah yang beroperasi di batin. Kita tidak mungkin mengikuti te­ladan ilahi atau mencapai standar Allah dalam diri kita sendiri. Puji Tuhan, Allah sedang bekerja di dalam kita! Allah yang berinkarnasi dalam Tuhan Yesus ini sekarang ada di dalam kita. Allah ini adalah Allah yang tidak terbatas, Allah yang kekal, dan yang menciptakan alam semesta de­ngan firman‑Nya. Melalui inkarnasi, Allah yang kekal ini datang dan hidup di dalam Tuhan Yesus. Ia menjadikan Yesus sebuah teladan dan meninggikan Dia menurut stan­dar ilahi. Sekarang, Allah yang sama ini sedang beroperasi di dalam kita. Semua orang Kristen yang sejati perlu nampak hal ini: sebagai orang Kristen, kita adalah manusia‑manusia‑Allah! Kita tidak perlu lagi hidup menurut sifat insani kita yang telah jatuh, karena Allah sekarang sedang beroperasi di dalam kita. Ha­leluya, karena Allah berhuni di dalam kita dan beroperasi di dalam kita, maka kita adalah manusia‑manusia‑Allah! Operasi batini dari Allah ini merupakan aspek kedua dari persediaan yang ilahi dan kaya bagi keselamatan yang konstan.

Aspek ketigadari persediaan ilahi bagi keselamatan konstan kita adalah fakta bahwa kita adalah anak-anak Allah. Sebagai anak‑anak Allah, kita semua memiliki hayat dan sifat Allah. Paulus berkata, "Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pa­da Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia." (1 Kor. 6:17). Sete­lah Allah kita datang melalui inkarnasi, hidup di bumi untuk mendirikan satu teladan keselamatan, tersalib, dibangkit­kan, dan ditinggikan menurut standar ilahi, Ia menjadi Roh pemberi‑hayat (1 Kor. 15:45). Sebagai Roh yang demikian, Ia telah masuk ke dalam kita dan kini tinggal di dalam kita selaku Allah almuhit yang telah melalui proses. Ope­rasi‑Nya di batin kita berdasar pada fakta bahwa Ia telah melahirkan kita kembali dan memasukkan hayat dan sifat ilahi‑Nya ke dalam kita. Ini adalah keajaiban terbesar da­lam alam semesta! Setelah mendirikan teladan dan standar, Allah lalu menaruh hayat dan sifat‑Nya ke dalam kita. Se­karang, Ia sedang bergerak, beroperasi, dan memberikan energi melalui hayat dan sifat ilahi‑Nya sesuai dengan te­ladan dan standar itu. Bila kita berseru kepada Tuhan atau berdoa kepada Bapa, kita akan mengalami operasi yang batini ini.

Aspek keempatdari persediaan ilahi bagi keselamatan konstan kita adalah bercahayanya anak-anak Allah seperti benda-benda penerang (bintang-bintang, LAI). Dalam ayat 15 Paulus berkata bahwa kita "bercahaya di antara mereka seperti bintang‑bintang di dunia." Kata "bintang‑bintang" ditujukan kepada benda‑benda terang yang memantulkan cahaya matahari. Sebagai anak‑anak Allah yang memiliki hayat dan sifat ilahi, kita memiliki satu fungsi yang istimewa, yakni memancarkan cahaya. Karena kita memiliki hayat dan sifat ilahi, maka kita telah men­jadi bintang‑bintang yang memantulkan Kristus sebagai matahari yang sejati. Kapan saja kita bekerja sama dengan Allah yang beroperasi di batin kita menurut hayat dan sifat ilahi, kita akan memantulkan terang Kristus. Inilah aspek keempat dari persediaan yang ilahi dan kaya bagi kese­lamatan konstan.

Aspek kelimadari persediaan ilahi bagi keselamatan konstan kita adalah firman hayat. Dalam 1:19 kita memiliki suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus, dan dalam 2:16 kita memiliki firman hayat. Karena setiap hal yang berkaitan dengan Allah itu hi­dup, maka firman Allah harus menjadi firman yang hidup, firman hayat. Jika kita membaca Alkitab dengan roh yang hidup, dengan spontan kita akan menikmati firman hayat. Dengan demikian kita akan disuplai, dikuatkan, dihidup­kan, diterangi, disegarkan, dipelihara, dan dibasuh.

Kalau kita mengalami firman hayat dengan cara demi­kian, kita pasti menyatakan firman itu kepada orang lain, yakni menyajikan, melayankan, dan menerapkannya kepada mereka. Ini berarti membicarakan firman hayat ke­pada orang‑orang di sekitar kita. Kita harus mengutarakan firman hayat kepada mereka dalam kasih. Dengan membicarakan firman hayat itu berarti kita menyajikan firman hayat kepada orang lain. Kita harus menjadi orang-­orang yang berbicara. Begitu kita mempunyai kesempatan, kita harus berbicara bagi Tuhan. Memberitakan Tuhan bu­kan profesi kita, melainkan kehidupan kita. Kita perlu me­masuki firman hayat dengan cara yang sehidup ini, sehingga kita hidup oleh firman dan membicarakannya. Dengan me­nyatakan firman hayat sedemikian, kita akan menikmati keselamatan yang konstan.

Persona yang menetapkan teladan dan yang diri‑Nya sendiri adalah teladan ini sekarang beroperasi di dalam kita sebagai Allah yang tinggal di dalam kita. Me­lalui kelahiran kembali kita telah menjadi anak‑anak Allah yang memiliki hayat dan sifat ilahi. Hal ini membuat kita menjadi bintang‑bintang yang berfungsi memantulkan Kristus. Lagi pula, kita memiliki firman hayat, dan kita bo­leh masuk ke dalam firman ini, menikmati kekayaannya, dan memberitakan kepada orang‑orang di sekitar kita. Dengan cara demikianlah maka semua hal negatif akan tertaklukkan, dan kita akan menikmati kemenangan kesela­matan yang konstan ini.