Artikel

Artikel

Pentingnya Bertekun dalam Doa

Posted 01/04/2013 | 12:04

Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur (Kolose 4:2).

Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus (Efesus 6:18).

Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh ada kehendak, tetapi daging lemah (Matius 26:41, Tl).

KEPERLUAN BERTEKUN DALAM DOA

Bertekun adalah melanjutkan secara terus menerus, dengan tekun, dan sungguh-sungguh. Kita perlu bertekun dalam doa karena doa melibatkan pertempuran, peperangan; dua pihak, Allah dan Satan, yang saling bermusuhan satu sama lain; pihak ketiga terdiri dari umat pilihan dan tebusan Allah. Makna nama Satan adalah “seteru”; Satan adalah musuh di luar, mencoba untuk menggagalkan Allah, dan seteru di dalam alam Allah, mencoba untuk merusak (lihat Why. 12:10; Ayb. 1:6-12). Umat pilihan dan tebusan Allah pada akhirnya akan menentukan hasil pertempuran antara Allah dan Satan.

Dalam rangka berperang di pihak Allah melawan Satan, kita perlu bertekun dalam doa; ketekunan ini diperlukan karena arus seluruh dunia menjauh dari Allah. Berdoa adalah melawan arus, kecenderungan, dalam alam semesta yang jatuh. Bertekun dalam doa seperti mendayung perahu ke hulu; jika Anda tidak bertekun, Anda akan terseret arus ke hilir. Seluruh alam semesta ada di bawah pengaruh Satan dan berlawanan dengan kehendak Allah; maka, ada arus yang kuat di dunia dalam menentang kehendak Allah (lihat 1 Yoh. 5:19). Sebagai orang-orang yang berpihak kepada Allah, kita menemukan bahwa seluruh alam semesta menentang kita dan khususnya menentang doa kita. Banyak pengalaman yang kita miliki sehubungan doa sehari-hari yang membuktikan bahwa Satan menentang doa kita dalam setiap cara yang memungkinkan; tentangan doa tidak hanya terletak di luar kita tetapi bahkan di dalam kita.

Sebelum kita mencoba bertekun dalam doa, pertama-tama kita harus bernazar kepada Tuhan mengenai kehidupan doa kita. Berdoa kepada Dia secara pasti dan berkata, “Tuhan, aku bersungguh-sungguh dengan Engkau tentang perkara doa ini. Aku berseru kepada langit dan bumi untuk bersaksi bahwa sejak saat ini aku akan memiliki satu kehidupan doa. Aku tidak akan menjadi orang yang tidak berdoa. Sebaliknya, aku akan menjadi orang yang berdoa.” Jika Anda tidak memiliki doa demikian kepada Tuhan, Anda tidak akan dapat bertekun dalam doa; kita perlu berkata kepada Dia, “Tuhan, aku ngotot untuk hal ini. Aku persembahkan diriku kepada Engkau agar aku dapat memiliki kehidupan doa. Tuhan, jaga aku dalam roh doa. Jika aku lupa atau mengabaikan hal ini, aku tahu Engkau tidak akan melupakannya. Ingatkan aku lagi dan lagi mengenai doa.” Jenis doa ini dapat dianggap sebagai nazar kepada Tuhan; kita semua perlu bernazar kepada Dia mengenai kehidupan doa kita; kita harus memberi tahu Tuhan, “Tuhan, aku tahu bahwa jika aku lupa nazar ini, Engkau tidak akan melupakannya. Sejak awal, Tuhan, aku ingin dengan tangan yang bersih bertanggung jawab kepada Engkau. Tuhan jangan tinggalkan aku. Ingatkanku untuk berdoa.” Setelah membuat kesepakatan dengan Tuhan mengenai doa kita, kita harus menentukan waktu yang pasti untuk berdoa; selama waktu ini, doa harus menjadi prioritas yang utama; perilaku kita harus menjadi bahwa doa adalah bisnis kita yang sangat penting dan tidak ada yang diizinkan untuk mengganggunya (Dan. 6:10). Agar memiliki lebih banyak waktu untuk berdoa, kita harus mencoba menyelamatkan waktu sepanjang hari; kita perlu diselamatkan dari perkataan sia-sia yang akan melemahkan roh doa kita, merusak atmosfer doa, dan menduduki waktu yang dapat dipakai untuk berdoa (Ef. 5:16).

BERTEKUN DALAM DOA MEMILIKI BANYAK KEUNTUNGAN

Pertama, berdoa adalah jalan satu-satunya agar kita dapat menaruh pikiran kita pada perkara-perkara di atas (Kol. 3:2). Ketika kita menaruh pikiran kita pada hal-hal yang di atas melalui berdoa, kita tidak akan berdoa untuk perkara-perkara yang sepele; sebaliknya, doa kita akan diduduki dengan doa syafaat, ministri, dan administrasi surgawi Kristus (Ibr. 7:25; 8:2; Kis. 6:4). Ketika kita menaruh pikiran kita pada hal-hal yang di atas selama waktu kita berdoa, kita menjadi pantulan ministri Kristus di surga; melalui doa, kita memberikan jalan kepada Kristus, Sang Kepala, untuk melaksanakan administrasi-Nya melalui Tubuh-Nya. Karena Kristus berdoa syafaat bagi gereja-gereja di seluruh dunia, kita juga berdoa bagi gereja-gereja. Ketika kita berdoa, kita adalah duta besar surgawi di bumi dengan memperluas Kerajaan Allah; hanya ketika kita berdoa kita menjadi seorang duta besar kerajaan surgawi di bumi secara praktis (2 Kor. 5:20).

Kedua, berdoa adalah jalan masuk ke dalam Ruang Mahakudus dan menghampiri takhta anugerah agar kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk memenuhi apa yang kita perlukan setiap waktu (Ibr. 4:16). Ketika kita berdoa, menghampiri takhta anugerah, anugerah akan menjadi sungai yang mengalir di dalam kita dan menyuplai kita. Apakah doa kita dijawab atau tidak itu perkara kedua; yang terutama adalah melalui doa, anugerah mengalir seperti sebatang sungai dari takhta dan ke dalam diri kita. Untuk menerima sungai anugerah ini adalah memiliki tambah daya baterai rohani kita dengan arus surgawi; arus surgawi ini, listrik ilahi, adalah Allah Tritunggal sebagai anugerah yang mengalir dari takhta dan ke dalam kita; suplai dan kenikmatan yang dibawa ini adalah tak terkatakan (Why. 22:1; Yoh. 7:37-39). Orang Kristen hari ini lemah karena baterai rohaninya tidak ditambah daya; karena mereka kurang doa, mereka kurang transmisi surgawi; secara terus menerus sepanjang hari, kita perlu ditambah daya dengan arus listrik ilahi (Ef. 3:16-17a).

Ketiga, berhubungan dengan persekutuan bersama Tuhan. Ketika kita berdoa, kita masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan dan menjadi sadar akan fakta bahwa kita sesungguhnya satu roh dengan Dia dan bahwa Dia sebenarnya satu roh dengan kita (1 Kor. 6:17). Semakin kita berdoa, semakin kita mengalami satu dengan Tuhan dan semakin kita menikmati hadirat-Nya dan memiliki persekutuan dengan Dia; betapa pahala yang menakjubkan!

BERTEKUN DAN BERJAGA-JAGA DALAM DOA

Dalam doa, kita perlu berjaga-jaga dan waspada, tidak lengah; berjaga-jaga demikian harus disertai dengan ucapan syukur. Kekurangan ucapan syukur adalah tanda kurang doa; kehidupan doa dipelihara oleh berjaga-jaga dengan ucapan syukur (1 Ptr. 4:7; Flp. 4:6). Jika kita senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan, musuh tidak akan dapat menjauhkan kita dari kehidupan doa kita (1 Tes. 5:17-18). Kemudian, memiliki rekan doa bukan saja dapat membantu kita untuk berdoa lebih baik tetapi juga dapat membantu untuk menopang kehidupan doa kita (Mat. 18:19-20; Dan. 2:17-23).

Kitab Kolose, kitab mengenai Kristus sebagai Kepala, dan Kitab Efesus, kitab mengenai Tubuh Kristus, kedua kitab diakhiri perintah yang sama untuk berdoa; Efesus 6:18 mengatakan, “Melalui sarana segala doa dan permohonan, berdoalah setiap waktu di dalam roh dan berjaga-jaga tentang hal ini di dalam segala ketekunan, dan permohonan mengenai semua orang kudus” (Tl.). Menurut wahyu Kitab Efesus kita harus berdoa di setiap waktu agar memiliki kehidupan Tubuh dalam realitas; untuk memiliki hidup gereja tergantung pada doa kita yang tak putus-putusnya. Segala doa berarti segala jenis doa—doa yang pendek, doa yang panjang, doa dengan suara keras, doa hening, doa bersama-sama oleh sejumlah orang kudus, doa pribadi oleh kita sendiri, dst. Berjaga-jaga tentang hal itu berarti bahwa kita perlu berwaspada untuk mempertahankan kehidupan doa. Segala ketekunan berarti kita harus bertahan dan bersikeras sampai akhirnya; ini menunjukkan bahwa mungkin ada sesuatu yang membebani kita, menahan kita, menekan, menindas, menyedihkan, dan menghalangi kita dari doa, maka kita harus bertekun dan tidak menyerah.

Ketika Tuhan Yesus pergi berdoa, Petrus dan yang lainnya tidur; ketika Tuhan Yesus memberi tahu mereka berjaga-jagalah, yang Dia maksud, “Jangan tidur! Bangunlah!” Menurut perkataan Tuhan dalam Matius 26:41, kita semua adalah orang yang mengantuk; jika kita tidak tidur secara jasmani, kita tidur baik secara psikologi atau secara rohani. Tidur secara psikologi berarti bahwa pikiran, perhatian, pendengaran, dan kesadaran kita melamun atau tidak hadir; tidur secara rohani berarti bahwa persepsi kita tertidur. Untuk menjadi orang yang senantiasa berdoa, kita harus menjadi orang yang berjaga-jaga, orang yang sepenuhnya terbangun, berperang melawan sifat tidur kita dan diri kita yang tertidur.

Perkataan Paulus dalam Kolose 4:2 dan Efesus 6:18 berhubungan dengan perkataan Tuhan dalam Matius 26:41; sebagai tambahan untuk memberi tahu kita agar berjaga-jaga, Tuhan berkata, “Roh ada kehendak/kemauan,” dan Paulus berkata, “Berdoalah setiap waktu di dalam roh.” Kita harus membiarkan roh kita bangkit menaklukkan tubuh kita dan psikologi kita; kemudian kita dapat berdoa, dan kita dapat berjaga-jaga kepada doa dalam semua permohonan. Semakin kita berdoa, semakin kita harus berdoa, semakin kita suka berdoa, dan semakin kita akan mampu berdoa; berjaga-jaga membantu kita membangun kebiasaan berdoa. Kita harus berperang melawan tiga ganda tidur, yaitu tidur jasmani, tidur psikologis, dan tidur rohani.

Untuk memperhidupkan Kristus, untuk melaksanakan satu roh dengan Tuhan, adalah melalui terus menerus dan senantiasa berdoa (1 Tes. 5:17); untuk memiliki kehidupan doa demikian, kita semua harus belajar berjaga-jaga, berwaspada, bangun; kebiasaan memperhidupkan Kristus harus menjadi kebiasaan berdoa. Sepanjang hari kita harus menyeru Tuhan dan berbicara kepada Dia; inilah senantiasa berdoa, yang adalah nafas dan kehidupan secara rohani, dan untuk kehidupan secara rohani yang memperhidupkan Kristus.


Fitur komentar ditutup.