Artikel

Artikel

Pengharapan Umat Terpanggil

Posted 16/11/2012 | 12:11

Pembacaan Alkitab: Ef. 1:15-18

Sebelum kita beroleh selamat, kita tanpa pengha­rapan, seperti yang dikatakan dalam Efesus 2:12 ‑ "Tanpa Kristus, …, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di da­lam dunia." Namun, setelah kita beroleh selamat, kita tidak lagi sebagai orang yang tanpa pengharapan, sebaliknya, kita penuh dengan pengharapan. Akan tetapi, karena kebanyakan orang beriman tidak mengetahui pengharapan yang mereka miliki, maka Paulus berdoa agar kita memiliki roh hikmat dan wahyu, supaya kita dapat mengerti pengharapan panggilan Allah itu (Ef. 1:17-18).

Sebagai umat terpanggil Allah, kita penuh dengan pengharapan. Pertama, pengharapan kita ialah Kristus itu sendiri. Kolose 1:27 menerangkan, Kristus di dalam kita adalah pengharapan akan kemuliaan. Lagi pula, 1 Ti­motius 1:1 mengatakan Yesus Kristus adalah pengharap­an kita. Kristus bukan hanya hayat dan kekudusan kita, Dia juga pengharapan kita. Pengharapan kita hanya dan satu‑satunya ialah Kristus. Setiap aspek dari pengha­rapan kita berkaitan dengan Dia.

Aspek kedua dari pengharapan kita ialah pengangkatan dari ruang lingkup bumiah dan jas­maniah kepada ruang lingkup surgawi dan rohani, serta dimuliakan (Rm. 8:23‑25, 30; Flp. 3:21). Pengangkatan (rapture) me­rupakan satu aspek dari pengharapan panggilan Allah. Walau demikian, pengharapan ini tergantung pada apakah kita sudah hidup berdasarkan Tuhan. Jika kita hidup berda­sarkan Dia dan berjalan bersama Dia, pengangkatan kita akan menjadi kegirangan yang luar biasa. Tidak banyak orang Kristen yang menganggap kedatangan Tuhan itu sebagai satu peringatan. Bila kita membaca Perjanjian Baru, kita akan menge­tahui bahwa para rasul hidup dalam penyataan Tuhan. Penyataan Tuhan senantiasa merupakan suatu peringat­an bagi mereka dan mengatur kehidupan mereka. Mere­ka tidak berani melakukan perkara tertentu sebab mere­ka percaya bahwa sewaktu‑waktu Tuhan bisa menyatakan diri. Jika kita dengan serius menanggapi masalah penya­taan Tuhan dan kerajaan, hal‑hal ini akan mempengaruhi kehidupan sehari‑hari kita dengan hebatnya. Namun sayang sekali, banyak orang Kristen walau sering membi­carakan tentang pengangkatan dan kedatangan Tuhan, tetapi setelah membicarakannya, mereka kembali mengumbar hawa nafsu dalam hiburan duniawi. Apakah Anda nampak bahwa penya­taan Kristus seharusnya merupakan faktor pokok dalam kehidupan seharl‑hari kita? Hari ini kita wajib hidup da­lam terang penyataan Tuhan. Jika demikian, barulah pengangkatan kita menjadi suatu kegirangan yang luar biasa.

Setelah kita diangkat, kita akan berdiri di hadapan takhta penghakiman Kristus dan melakukan perhitungan dengan Tuhan (bd. 2 Kor. 5:10; Mat. 25:19). Waktu itu kita harus menanggulangi se­gala kekurangan, ketidaksetiaan, kegagalan, dan ketidak­jujuran kita. Kita semua perlu meninjau kembali kehidupan kita. Kita mungkin mencari alasan untuk memaafkan diri sendiri, khususnya atas kelemah­an kita. Mungkin Anda berkata, "Tuhan tahu betapa le­mahnya aku, Dia tentu mau membelaskasihani aku. Maka kalau aku gagal atau bersalah tidaklah menjadi soal. Bukankah Tuhan penuh dengan rahmat?" Lainnya membuat alasan untuk memaafkan dirinya sendiri dengan berkata, "Kita tidak usah terlalu rohani atau religius." Namun ke­tika Tuhan datang, alasan yang mana pun akan lenyap. Apakah kedatangan‑Nya menjadi kegirangan yang luar biasa atau tidak, tergantung pada kehidupan kita sehari‑hari. Jika kita menempuh kehidupan yang gagal, kalah, tidak jujur, tidak setia, dan memberontak, kedatangan Tuhan tidak akan menjadi kegirangan yang luar biasa, melainkan menjadi suatu hukuman. Kita perlu memper­hatikan firman Tuhan yang menyuruh kita berjaga‑jaga dan berdoa (Luk. 21:36). Jika kita berjaga‑jaga, menjadi pendoa dan pencari Tuhan, kedatangan‑Nya niscaya me­rupakan kegirangan kita yang luar biasa. Inilah peng­harapan kita.

Aspek ketiga dari pengharapan panggilan Allah atas kita adalah keselamatan jiwa kita (1 Ptr. 1:5, 9). Jika pada hari ini kita rela kehilangan jiwa bagi Tuhan, rela menderita dalam jiwa bagi kesaksian‑Nya, kita akan memiliki pengharapan untuk menerima keselamatan jiwa kita pada kedatangan Tuhan kelak (Mat. 16:25). Hari ini jiwa kita sedang menderita, tetapi ketika Dia datang, Dia akan membawa jiwa kita ke dalam kenikmatan‑Nya. Inilah keselamatan jiwa yang dikatakan dalam 1 Petrus. Tetapi jika kita hari ini menyelamatkan jiwa kita, yakni lebih mementingkan kenikmatan jiwa kita daripada kesaksian Tuhan, maka kedatangan Tuhan kelak bagi jiwa kita itu akan menjadi kerugian dan hukuman. Namun, kalau kita selalu rela kehilangan jiwa kita karena kesaksian‑Nya, maka keda­tangan‑Nya kembali akan membawakan keselamatan bagi jiwa kita, yakni keselamatan yang akan membawa jiwa kita ke dalam kenikmatan‑Nya. Pengharapan ini ditentu­kan oleh kehidupan kita hari ini.

Aspek keempat dari pengharapan kita ialah kenikmatan meraja bersama Kristus dalam Kerajaan Seribu Tahun (Why. 5:10; 2 Tim. 4:18; Mat. 25:21, 23). Hal ini juga ber­kaitan dengan bagaimana kehidupan kita hari ini. Dalam Injil Matius, hamba yang malas dilempar keluar ke dalam kegelapan, sedang yang setia dibawa masuk ke dalam kenikmatan Tuhan. Jadi, ada orang yang diganjar dan ada orang yang secara positif akan mendapatkan pahala. Kita semua adalah orang Kristen, namun kelak kita tidak akan diperlakukan sama rata ketika Tuhan kembali. Cara Tuhan memperlakukan kita tergantung pada bagaimana kehidupan kita hari ini. Bila kita setia, kita akan beroleh pahala berupa kenikmatan Tuhan selama seribu tahun. Akan tetapi, bila kita malas, kita akan dihukum. Maka entah Kerajaan Seribu Tahun akan menjadi satu peng­harapan bagi kita, itu tergantung pada sikap kita hari ini. Kita harus menjadi orang Kristen yang normal, yang setia kepada Tuhan. Kemudian, barulah Kerajaan Seribu Tahun itu menjadi pengharapan kita.

Terakhir,pengharapan panggilan Allah mencakup kenikmatan terakhir atas Kristus dalam Yerusalem Baru dengan berkat‑berkat yang universal dan kekal dalam langit dan bumi baru (Why. 21:1‑7; 22:1‑5). Haleluya bagi pengharapan ini! Kita semua akan berada dalam Yeru­salem Baru. Tetapi untuk memasuki tempat ini kita per­lu matang dan dituai. Jika kita tidak matang pada zaman ini, kita harus matang pada zaman yang akan datang. Setiap orang yang menikmati Yerusalem Baru dalam la­ngit baru dan bumi baru, pasti sudah matang. Kita memang diselamatkan selamanya, tetapi kita masih perlu ditanggulangi agar dapat mencapai ke­matangan. Sebab itu, kita perlu meninjau kembali kehidupan kita. Namun demi­kian, bagi kita semua, Yerusalem Baru adalah pengha­rapan kita. Dua Petrus 3:13 mengatakan, "Tetapi sesuai dengan janji‑Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran."

Tanpa mengetahui pengharapan panggilan Allah, kita takkan rela menyingkirkan perkara‑perkara yang meng­ganggu kita. Tetapi jika kita nampak bahwa Kristus akan datang, kita akan diangkat, ditransfigurasikan, dan dimu­liakan, serta kita dapat mengambil bagian dalam kenikmatan Tuhan di dalam Kerajaan Seribu Tahun, kita pasti akan menyingkirkan segala perkara yang lain de­ngan spontan. Jika tidak, yakni jika tidak nampak apa yang akan datang, kita akan tertipu oleh perkara‑per­kara zaman ini. Kita perlu diselamatkan melalui melihat setiap aspek dari pengharapan kita. Karena alasan inilah Rasul Paulus berdoa agar kita mengetahui pengharapan panggilan Allah. Panggilan Allah tidak saja mencakup pemilihan, penentuan, penebusan, pemeteraian, dan pen­jaminan, tetapi juga satu hari depan yang gilang‑gemi­lang. Panggilan‑Nya tidak hanya berkaitan dengan hal­-hal yang lampau, juga dengan hal‑hal yang akan datang. Alangkah indahnya masa depan yang kita miliki!


Fitur komentar ditutup.