Artikel

Artikel

Pengalaman akan Keselamatan dan Hasilnya

Posted 09/04/2014 | 12:04

Pembacaan Alkitab: Flp. 1:19‑25


Kunci pengalaman keselamatan Paulus ialah suplai limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus. Segala sesuatu yang terjadi atas diri Paulus pada akhirnya akan menyelamat­kannya melalui suplai limpah lengkap ini. Antara kesela­matan dalam Filipi 1:19 dan diperbesarnya Kristus dalam ayat 20 terdapat suplai limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus. Pada hakekatnya, dalam pengalaman kita, keselamatan, Kristus, dan suplai limpah lengkap dari Roh itu adalah satu. Tetapi jika kita ingin menikmati Kristus dan meng­alami Dia sebagai keselamatan dalam setiap keadaan, kita memerlukan suplai limpah lengkap dari Roh itu. Sebagai­mana Roh itu tinggal di dalam rasul Paulus selama pemen­jaraannya, Roh itu pun tinggal di batin kita pada hari ini. Melalui suplai limpah Roh yang sedemikianlah kita me­nikmati keselamatan.

Berdasarkan konteks Filipi 1:19-21, keselamatan berarti dalam segala hal Paulus tidak akan beroleh malu. Tidak saja ia tidak merasa malu, tetapi tidak ada apa pun yang menyebabkannya menjadi malu. Kristus diperbesar di da­lam tubuh Paulus. Diperbesarnya Kristus yang disebut da­lam ayat 20 ini adalah keselamatan yang disebut dalam ayat 19. Ini berarti keselamatan yang sangat dirindukan dan diharapkan Paulus ialah supaya ia tidak beroleh malu, tetapi sebaliknya memperbesar Kristus di dalam tubuhnya.

Penderitaan Paulus tidak membuatnya malu, sebaliknya, semuanya itu memberinya kesempatan untuk memperbesar Kristus. Jika kita mengalami keselamatan yang disebut dalam Filipi 1:19, ketika kita mengalami penderitaan, kita akan memperbesar Kristus dan tidak beroleh malu. Tetapi jika kita ditaklukkan oleh penderitaan, ditindas olehnya, dan penuh kekhawatiran, kita akan beroleh malu. Namun jika kita memperbesar Kristus dalam segala pen­deritaan, kita akan mengalami keselamatan ini.

Dalam ayat 21 Paulus berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Selama Paulus dipenjarakan, ia menikmati Kristus dan mengalami Dia dalam dua aspek. Aspek pertama ialah menikmati kehadiran Kristus, dan aspek lainnya ialah memperhidupkan Kristus. Paulus bukan hanya menikmati kehadiran Tuhan, ia pun memper­hidupkan Dia. Ia tahu bila ia mati ia tidak memiliki ke­sempatan lagi untuk memperhidupkan Kristus, tetapi ia akan memasuki suatu kenikmatan yang lebih tinggi dari kehadiran atau penyertaan Kristus. Sebab itu, baginya mati adalah keuntungan yang dihargai Paulus bukan ha­nya kehadiran Kristus, tetapi juga kesempatan untuk memperhidupkan Kristus.

Dalam ayat 22 Paulus berkata seterusnya, "Tetapi jika aku harus hidup di dunia (dalam daging) ini itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu." Paulus mengatakan "bekerja memberi buah." Penggunaan kata "buah" oleh Paulus menunjukkan bahwa pekerjaannya sebenarnya adalah kehidupannya. Ketika Paulus menyurati orang Filipi, ia hidup dalam penjara, ia tidak bekerja. Ini menunjukkan bahwa kehidupan adalah pekerjaannya. Buah dihasilkan dari pekerjaan yang hidup itu. Buah pekerjaan itu ialah Kristus diperhidupkan, diper­besar, dan dilayankan kepada orang lain. Buah pekerjaan Paulus ialah ditransfusikannya Kristus kepada orang lain. Karena itu, buah pekerjaan dalam ayat 22 merupakan hasil atau akibat dari kehidupan Paulus di dalam penjara.

Pekerjaan yang hidup dari Paulus ialah melayankan Kristus kepada orang lain dan mentransfusikan Kristus yang ia perbesar ke dalam mereka. Bagi Paulus, mati adalah keuntungan, tetapi hidup adalah demi melaksanakan pekerjaan yang berbuah dan hidup itu. Ia kesulitan me­milih satu di antara kedua hal ini. Karena itu ia berkata, "Mana yang harus kupilih, aku tidak tahu." Jika Anda ha­rus memilih antara keuntungan yang berasal dari kemati­an jasmani dan buah yang dihasilkan dari suatu pekerjaan yang hidup, manakah yang Anda pilih?

Dalam ayat 24 Paulus melanjutkan, "Tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia (dalam daging) ini karena kamu." Kata "karena kamu" berarti karena atau demi gereja. Per­timbangan rasul tidaklah egoistis, melainkan demi kepen­tingan orang‑orang kudus. Dia mutlak diduduki oleh Tuhan dan gereja. Paulus menyadari bahwa gereja‑gereja memerlukan ministri Kristus yang lebih banyak. Karena mereka, ia ingin tetap tinggal dalam daging, agar dapat melayankan Kristus kepada mereka.

Ayat 25 mengatakan, "Dengan yakin aku tahu tentang hal ini. Aku akan tinggal dan akan bersama‑sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman." Kata "iman" di sini ditujukan kepada apa yang dipercayai oleh orang‑orang kudus (Yud. 3; 2 Tim. 4:7), "maju" mengacu kepada pertumbuhan hayat; dan "su­kacita" mengacu kepada kenikmatan akan Kristus. Paulus rela tetap tinggal demi kemajuan dan sukacita orang kudus dalam iman. Mungkin ada orang yang telah menjadi orang Kristen bertahun‑tahun, tetapi tanpa kemajuan atau sukacita, tan­pa pertumbuhan hayat, dan tanpa menikmati Tuhan. Kita perlu bertumbuh dalam hayat dan menikmati Kristus. Bagaimana dengan Anda? Bagaimana pendapat Anda tentang kemajuan dan sukacita Anda? Oh, kita perlu kemajuan dan kenikmatan!

Baik di dalam penjara atau di luar penjara, Paulus adalah satu faktor yang kuat dari kemajuan dan sukacita orang kudus. Karena dia, gereja‑gereja dapat bertumbuh da­lam hayat dan penuh dengan kenikmatan akan Kristus. Hari ini kita seharusnya juga demikian. Semua orang yang melayani dalam gereja‑gereja lokal harus menjadi faktor pertumbuhan hayat orang kudus dan kenikmatan mereka akan Kristus. Tetapi dapat tidaknya orang yang melayani menjadi faktor kema­juan dan sukacita tergantung pada apakah mereka mem­perbesar Kristus melalui memperhidupkan Dia. Jika kita yang melayani memperhidupkan Kristus, Kristus pasti akan diper­besar di dalam kita. Kemudian, kita akan menjadi faktor yang memungkinkan orang kudus ber­tumbuh dalam hayat dan menikmati Tuhan.

Hidup atau matinya kita seharusnya penting sekali bagi gereja. Hidup kita seharusnya sangat penting bagi orang kudus. Tetapi apakah demikian halnya, tergantung pada seberapa banyak kita memperhidupkan Kristus, melayankan Kristus, dan menginfuskan Kristus kepada orang lain. Kita masing‑masing seharusnya juga demikian. Entah kita hidup atau mati, seharusnya kita sangat penting bagi gereja. Akan tetapi ini tergantung pada keadaan kita dalam hal memperhidupkan Kristus, memperbesar Kristus, melayankan Kristus, dan mentransfusikan Kristus dari lubuk batin kita ke dalam batin orang‑orang kudus. Kalau kita mengalami dan menikmati Kristus sedemikian rupa, maka baik kita tetap tinggal maupun pulang ke hadirat Tuhan, sangat besar pengaruhnya bagi gereja.