Artikel

Artikel

Mengerjakan Keselamatan Kita

Posted 01/05/2014 | 12:05

Pembacaan Alkitab : Flp. 2:12‑16


Dalam Filipi 2:12 Paulus berkata, "Saudara‑saudaraku yang terkasih, kamu senantiasa taat, ­karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih lagi sekarang waktu aku tidak hadir." Kita telah menerima keselamatan Allah yang berpuncak pada ditinggikannya kita oleh Allah dalam kemuliaan seperti yang dialami Tuhan Yesus (ayat 9). Tetapi kita masih perlu merampungkan keselamatan ini, sampai pada kesimpulan terakhir dengan ketaatan yang mutlak, berkesinambungan, dan dengan takut dan gentar. Kita telah menerima keselamatan ini dengan iman; seka­rang kita perlu merampungkannya melalui ketaatan, men­cakup keesaan yang sejati dalam jiwa kita (ayat 2). Mene­rima keselamatan berdasarkan iman adalah sekali untuk selamanya; tetapi merampungkan keselamatan adalah seumur hidup.

Kita telah menerima satu keselamatan yang adalah Allah sendiri. Sekarang Allah ini beroperasi di dalam kita. Dialah persona yang riil dalam pengalaman kita se­bagai keselamatan kita yang subyektif. Dia tidak tertidur, pasif, atau menganggur. Operasi‑Nya di batin kita ialah pe­nambahan kekuatan‑Nya di dalam kita. Kalau setiap orang kudus di setiap gereja mengerjakan keselamatan mereka, maka semua orang dalam gereja akan bersukacita. Mengerjakan keselamatan kita berarti memiliki pengalaman dan kenikmatan sejati akan Kristus.

Kita memang sudah diselamatkan oleh anugerah melalui iman (Ef. 2:8). Tetapi seberapa dalam tingkat keselamatan yang kita alami? Di sini kita bukan menekankan fakta te­lah diselamatkannya kita oleh anugerah, melainkan keda­laman atau tingkat dan standar keselamatan Allah. Itulah sebabnya dalam Filipi 2:12 Paulus memberi tahu kita dengan jelas agar kita mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Menerima keselamatan adalah satu hal, dan mengerjakan keselamatan adalah hal lain. Mengerjakan ke­selamatan bukanlah merampungkan keselamatan, melain­kan berarti melaksanakan keselamatan yang telah kita terima melalui ketaatan yang berkesinambungan.

Dalam ayat 13 Paulus berkata bahwa "Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pe­kerjaan menurut kerelaan‑Nya." Di manakah hal ini dapat terjadi? Seharusnya di dalam, tekad kita. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan Allah bermula dari roh kita dan meluas ke dalam pikiran, emosi, dan tekad kita. Ketika Allah bekerja di dalam batin kita, Ia membuat kita bertekad, demikian Dia bisa melaksanakan pekerjaan­Nya. Kita berkemauan di dalam tekad kita, dan kita bekerja di dalam tubuh kita. Allah Tritunggal bekerja di dalam kita dari roh kita melalui tekad kita, dan kemudian ke dalam tubuh jasmani kita. Ketika Allah bekerja di dalam kita supaya kita dapat mencapai titik puncak keselamatan‑Nya yang tertinggi, tugas kita adalah bekerja sama dengan‑Nya melalui menaati‑Nya.

Dalam ayat 14 Paulus mengeluarkan satu peringatan : "Lakukanlah segala sesuatu tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan." Bersungut‑sungut adalah dari emosi kita dan umumnya berasal dari para saudari; berbantah‑bantahan adalah dari pikiran kita dan umumnya berasal dari para saudara. Keduanya menghalangi kita dalam melaksanakan keselamatan kita sampai sepenuhnya dan menghalangi kita dalam mengalami dan menikmati Kristus sepenuhnya. Misalnya, bila para saudari sedang mencuci piring di balai sidang, mereka harus ingat, janganlah bersungut-sungut. Bila para saudara sedang menangani urusan dalam kelompok-kelompok pelayanan dan dalam hidup gereja, mereka juga harus ingat, jangan berbantah-bantahan dalam melakukan segala sesuatu. Anda tidak seharusnya berbantah-bantahan, tetapi dengan sederhana melayani Tuhan saja dalam gereja.

Problem bersungut‑sungut dan berbantah-bantahan terutama muncul dalam kehidupan pernikahan. Sebagai contoh, seorang istri mungkin bersungut‑sungut bila suaminya tidak memperlihatkan apresiasi terhadap kasih dan perhatian yang ia tujukan kepada suaminya. Se­mentara saudara telah mengetahui bahwa satu cara untuk melenyapkan sungut‑sungut istrinya ialah mengucapkan dua ungkapan yang sederhana ini: "maaf" dan "terima ka­sih". Menggunakan ungkapan yang sederhana ini dapat membuat hidup pernikahan Anda jauh lebih bahagia. Kalau seorang saudara tidak pernah mengatakan "maaf" atau "te­rima kasih" kepada istrinya, mungkin istrinya akan sering bersungut‑sungut. Jika kita berhasil melenyapkan sungut­-sungut dan perbantahan, kita akan tidak beraib dan tidak bernoda.

Menurut konteksnya, bersungut‑sungut dan berbantah-bantahan disebabkan oleh ketidaktaatan terhadap Allah. Ketaatan terhadap Allah membasmi segala sungut‑sungut dan perbantahan. Untuk mengerjakan keselamatan kita, perlulah kita menaati Allah yang beroperasi di dalam kita. Dia sendiri adalah keselamatan kita, dan ketaatan kita kepada-Nya berarti mengerjakan keselamatan kita. Para saudari perlu memahami, ketika mereka bersungut-sungut, mereka tidak taat kepada Allah yang bekerja di batin mereka. Demikian pula, para saudara perlu nampak, ketika mereka berbantah-bantahan, mereka memberontak melawan Dia yang beroperasi di dalam mereka. Hanya melalui taatlah baru kita dapat mematikan sungut-sungut dan perbantahan kita.

Dalam ayat 15 Paulus melanjutkan, "Supaya kamu tidak beraib dan tidak bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah orang yang jahat dan sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka se­perti bintang‑bintang di dunia." Kita harus melakukan se­gala sesuatu tanpa bersungut‑sungut dan berbantah-bantahan, supaya kita, tidak beraib dan tidak bernoda, sebagai anak‑anak Allah yang tidak bercela. Kata "tidak bernoda" juga berarti sederhana, tidak banyak tingkah, tulus (Mat. 10:16). Tidak beraib menggam­barkan kelakuan kita di luar, dan tidak bernoda menggam­barkan karakter kita di dalam. Tidak banyak tingkah ber­arti tidak main politik. Tidak seorang pun yang berpolitik dapat disebut benar‑benar tidak bernoda. Jika kita tidak banyak tingkah, kita pasti tidak beraib dan tidak bernoda.

Dalam ayat 15 Paulus menunjukkan, "Anak‑anak Allah yang tidak bercela di tengah‑tengah orang yang jahat dan sesat." Sebagai anak‑anak Allah, kita memiliki hayat Allah dan sifat ilahi‑Nya (2 Ptr. 1:4), kita adalah benda‑benda te­rang yang memantulkan cahaya matahari (Kristus). Demi­kian, kita tidak beraib di tengah angkatan yang jahat dan yang sesat. Dalam angkatan semacam ini kita harus bercahaya, sebagai terang di dunia ini. Sebenarnya kita tidak memiliki cahaya apa pun dalam diri kita sendiri; kita adalah benda‑benda terang yang meman­tulkan cahaya Kristus. Kristus adalah matahari dengan ge­reja sebagai bulan yang memantulkan Dia. Puji Tuhan, kita mempunyai sebuah sumber terang untuk kita pantulkan!

Terakhir, ayat 16 mengatakan, "Sambil menyatakan firman ha­yat, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah‑susah" (Tl.). Menyatakan firman hayat adalah menerapkan, menyajikan, dan mempersembahkannya kepada dunia dengan cara menampilkan Kristus. Jika kaum beriman Filipi melakukan hal ini, maka Paulus dapat bermegah pada hari Kristus bahwa ia tidak percuma bersusah-susah. Hari Kristus ialah hari kedatangan Tuhan kali kedua, disebut juga "hari Tuhan" (1 Tes. 5:2; 2 Tes. 2:2; 1 Kor. 1:8; 2 Kor. 1: 14) atau "hari itu" (2 Tim. 1:18; 4:8). Pada hari itu semua orang beriman akan tampil di hadapan takhta penghakiman Kristus untuk menerima imbalan yang sesuai (2 Kor. 5:10; Mat. 25:19-30).