Artikel

Artikel

Menganggap Segala Sesuatu Rugi karena Kristus

Posted 08/05/2014 | 12:05

Pembacaan Alkitab: Flp. 3:1‑8


Dalam Filipi 3:1 Paulus berkata, "Akhirnya, Saudara‑sauda­raku, bersukacitalah dalam Tuhan. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu."  Di sini Paulus menyuruh orang kudus bersukacita dalam Tuhan. Bersukacita dalam Tuhan merupakan suatu perlindungan, suatu pengamanan. Situasi yang terdapat dalam pikiran Paulus adalah gangguan yang ditimbulkan oleh para penganut agama Yahudi. Sebab itu, setelah menyuruh kaum beriman bersukacita dalam Tuhan, ia lalu menyuruh mereka berhati‑hati terhadap anjing‑anjing, pe­kerja‑pekerja yang jahat, dan penyunat‑penyunat palsu (ayat 2). Di satu pi­hak, rasul menasihati orang‑orang Filipi untuk bersukacita di dalam Tuhan; di pihak lain, ia memperingatkan mereka untuk selalu memasang mata yang waspada terhadap para penganut agama Yahudi.

Filipi 3:3-6 menegaskan bahwa dalam pelayanannya terhadap gereja, Paulus dan rekan-rekan sekerjanya sama sekali tidak mengandalkan daging. Mereka tidak mengandalkan apa adanya mereka secara alamiah, tetapi mutlak mengandalkan Tuhan. Sebagai salah seorang mantan tokoh agamawan Yahudi, Paulus punya lebih banyak alasan daripada orang lain untuk mengandalkan daging. Dahulu Paulus adalah seorang tokoh agama Yahudi, tetapi suatu perubahan ra­dikal terjadi pada dirinya. Sekarang ia sangat berbeda. Itulah sebabnya Paulus perlu menyodorkan daftar kualifikasi alamiahnya dengan mak­sud memperlihatkan kepada orang‑orang Filipi bahwa me­reka tidak seharusnya menaruh percaya sedikit pun kepada para penganut agama Yahudi.

Walau kita bukan penganut agama Yahudi, pada prin­sipnya kita mungkin serupa dengan keadaan penganut aga­ma Yahudi itu. Sekalipun kita telah dilahirkan kembali, kita mungkin masih terus hidup dalam sifat kita yang te­lah jatuh, bermegah dalam apa yang kita lakukan dalam daging, dan mengandalkan kualifikasi alamiah kita. Bila kita terus hidup menurut sifat usang kita, bermegah dalam apa yang kita lakukan dalam diri sendiri, dan percaya kepada kualifikasi kita, kita akan serupa dengan para penganut agama Yahudi itu. Aki­batnya, kita akan menimbulkan masalah dalam gereja, dan kita akan tidak mungkin maju dalam pengalaman akan Kristus. Untuk mengalami Kristus, haruslah kita beriba­dah oleh Roh Allah, bukan oleh sifat kita yang jatuh; ber­megah dalam Kristus, bukan dalam perbuatan‑perbuatan sendiri; dan tidak mengandalkan kualifikasi alamiah kita, melainkan hanya mengandalkan Kristus. Inilah satu ra­hasia untuk mengalami Kristus.

Filipi 3:7‑8 mengatakan, "Tetapi apa yang dahulu me­rupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi ka­rena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, ka­rena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus." Berbagai macam keun­tungan dianggap sebagai satu kerugian oleh Paulus karena hal‑hal tersebut menghasilkan satu hal, yaitu kehilangan Kristus, seperti yang dinyatakan oleh frase "karena Kristus". Segala sesuatu yang dahulu merupakan suatu keuntungan bagi Paulus telah menghalangi dia dan menahannya untuk  berbagian dalam Kristus dan menikmati Kristus. Sebab itu, karena Kristus, segala keuntungan menjadi suatu kerugian bagi dia.

Menu­rut ayat 5 dan 6, konsepsi Paulus tentang “apa yang dahulu me­rupakan keuntungan bagiku” terutama tidak berkaitan dengan hal‑hal materi. Memang, hal‑hal yang duniawi dan materi dapat menduduki orang dan menghambat orang da­lam mengalami Kristus. Namun, Paulus memahami bahwa hal‑hal yang benar‑benar menghambat orang dari peng­alaman akan Kristus terutama adalah hal‑hal agama, fil­safat, dan budaya. Bila Anda pergi memberitakan Injil, Anda akan mengetahui betapa agama, filsafat, dan budaya merupakan benteng-benteng yang paling kuat yang menentang Injil.

Sebelum Paulus bertobat dan percaya, ia bukan seorang yang mengasihi benda‑benda materi. Pada saat Kitab Filipi ditulis, rakyat dari Kekaisaran Romawi kebanyakan memperhatikan agama, filsafat, atau politik. Pada hakekatnya, ketiga unsur penyu­sun budaya Barat ini, baik saat itu maupun kini, adalah agama Yahudi, filsafat Yunani, dan politik Romawi. Ribuan tahun lamanya, Iblis, musuh Allah telah mem­peralat agama, filsafat, dan budaya untuk menguasai ma­nusia, dan mencegah manusia mengalami Kristus. Manusia diciptakan Allah adalah untuk Kristus. Tetapi Iblis menggunakan agama, filsafat, dan budaya untuk me­ngail manusia agar mereka menjauhi Kristus.

Orang‑orang yang berpikiran sederhana mungkin lebih mudah terpikat pada hal‑hal materi, tetapi orang‑orang yang pandai berpi­kir lebih mudah terpikat pada agama, filsafat, dan budaya. Iblis telah memperalat agama, filsafat, dan budaya untuk menduduki orang‑orang ini, dan meng­ikat mereka. Mengatasi pengaruh hal‑hal materi agak mudah, tetapi mengatasi agama, filsafat, dan budaya sangatlah sukar. Orang‑orang yang mengasihi Tuhan mung­kin mudah sekali melepaskan hal‑hal materi karena Tuhan, tetapi tidak mudah mengesampingkan pikiran dan logika mereka yang khas. Mungkin Anda telah bertahun‑tahun mengasihi Tuhan, menuntut Dia, tetapi belum meninggal­kan filsafat dan logika pribadi Anda sedikit pun.

Setiap bangsa dan budaya memiliki pola logika dan fil­safat yang khas. Sebagai contoh, orang Inggris terkenal ka­rena diplomasi mereka, yang mewujudkan logika dan filsa­fat mereka. Orang China dan Jepang mengasyikkan diri mereka dalam logika dan filsafat nasional mereka sendiri. Tiap bangsa mempertahankan keistimewaan budaya mere­ka yang khas. Akibat dari adanya semua jenis logika dan filsafat yang berbeda‑beda itu, Kristus tidak beroleh jalan keluar di antara manusia bangsa apa pun di bumi hari ini. Dia tidak beroleh jalan keluar baik di antara bangsa‑bangsa Timur maupun Barat. Itulah sebabnya dalam ayat 3 Paulus berkata bahwa kita adalah orang­-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, bermegah di dalam Kristus Yesus, dan tidak mengandalkan daging. Ke­mudian ia lebih lanjut memberikan alasan‑alasan yang dulu memungkinkan dia mengandalkan daging, menyebut­kan ketujuh hal yang berkaitan dengan agama, filsafat, dan budaya orang Yahudi. Itulah hal‑hal yang dianggap Paulus rugi karena Kristus.

Tahukah Anda mengapa Paulus menganggap semua hal yang berkaitan dengan agama, filsafat, dan budaya itu rugi? Itu tak lain karena semuanya telah menggantikan Kristus, dan semua itu adalah perang­kap yang dipakai Iblis untuk menjauhkan orang dari Kristus dan dari pengalaman akan Kristus. Kita harus meng­akui bahwa kita masih terhambat oleh pengganti yang licik dari Kristus, bahwa Iblis masih memakai filsafat nasional dan logika domestik kita untuk memperangkap kita, men­duduki kita, dan mencegah kita menempuh jalan yang le­bih jauh dan lebih mendalam dalam pengalaman akan Kristus. Semoga kelicikan musuh tersingkap dan semoga kita benar‑benar dapat menganggap segala sesuatu rugi, termasuk filsafat dan logika kita sendiri, karena Kristus dan pengalaman serta kenikmatan akan Dia!