Artikel

Artikel

Mengalami Kristus dan Memperhatikan Orang Kudus

Posted 04/05/2014 | 12:05

Pembacaan Alkitab: Flp. 2:19‑30


Dalam Filipi 2:20 dan 21 Paulus berkata, "Karena tidak ada seorang pun padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan begitu bersungguh‑sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus." Dalam ayat‑ayat ini kita jumpai satu isyarat yang kuat bahwa perhatian Paulus terhadap kaum beriman adalah perhatian terhadap kepen­tingan Kristus dan untuk pengalaman sejati akan Kristus. Di sini kita nampak satu hal penting, yaitu jika pe­nuntutan kita atas Kristus tidak menghasilkan suatu per­hatian kepada gereja, penuntutan kita itu setidak‑tidaknya mengandung keabnormalan atau kepincangan. Banyak orang Kristen dewasa ini menuntut kerohanian, tetapi mereka tidak menaruh perhatian kepada gereja dan orang kudus; penuntutan rohani semacam itu tidak normal.

Dalam Filipi 2:19‑30 Paulus menunjuk­kan bahwa pengalaman akan Kristus harus mencakup per­hatian terhadap gereja dan orang kudus. Di an­tara kita jarang ada yang menyadari bahwa mengalami dan menikmati Kristus sebenarnya berarti memperhatikan gereja, dan memperhatikan gereja berarti mengalami dan menikmati Dia. Kecondongan alamiah kita ialah memisah­kan kedua hal ini. Mungkin kita mengira bahwa karena kita sedang menikmati Kristus, kita tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan gereja. Atau, di pihak lain, mungkin kita mengira bahwa karena kita sangat sibuk memperhatikan gereja, kita tidak mempunyai waktu untuk menikmati Kristus. Kita perlu melihat bahwa kedua hal ini adalah satu hal (2:19‑30). Bila kita benar‑benar mengalami dan menikmati Kristus, hal ini harus mendatangkan perha­tian bagi gereja dan orang kudus.

Menurut pengalaman kita, jika kita memiliki per­sekutuan yang indah dengan Tuhan di pagi hari, kita akan damba sekali berhimpun bersama gereja pada malam hari­nya. Ini merupakan petunjuk lain bahwa pengalaman sejati akan Kristus selalu memalingkan kita kepada gereja dan melahirkan perhatian bagi orang kudus. Perhatian terhadap gereja yang timbul karena kita sungguh‑sungguh mengalami Kristus sangat berbeda dengan apa yang disebut usaha penggembalaan pada umumnya di antara orang Kristen dewasa ini. Usaha penggembalaan semacam itu sering menjadi suatu “keasyikan” yang menyebabkan orang tidak lagi merasa perlu me­nikmati Kristus, atau tidak ada waktu untuk menikmati Tuhan. Kita perlu menjadikan ini sebagai peringatan bagi diri sendiri.

Dalam pekerjaan Injil, dalam persekutuan antar orang beriman, dan dalam mencari ke­pentingan Tuhan, jiwa kita selalu menjadi masalah. Karena itu, jiwa kita harus diubah, terutama bagian utamanya, yaitu, pikiran kita (Rm. 12:2), agar kita dapat sejiwa, sehati, dan sepikir dalam kehidupan Tubuh. Itulah sebabnya Kitab Filipi sangat menekankan tentang jiwa kaum beriman. Kita harus berjuang bersama dengan sejiwa ber­sama iman Injil yang dipersonifikasikan (1:27); kita harus bergabung dalam satu jiwa, memikirkan satu hal (2:2); dan kita harus sejiwa, sungguh‑sungguh memperhatikan per­kara Kristus Yesus (2:20‑21). Menurut kitab ini, kita tidak dapat maju dalam pengalaman akan Kristus kalau kita tidak bersatu dalam jiwa. Bila kita hanya ber­satu dalam roh, tidak bersatu dalam jiwa, kita tidak dapat maju dalam pengalaman akan Kristus.

Bila kita mengalami Kristus, kita harus menjadi sejiwa dengan orang lain, yaitu menjadi satu di dalam jiwa dengan orang lain. Ketika kita mengandalkan pikiran, emosi, dan tekad, boleh jadi kita menjadi sangat individualistis. Tetapi, jika kita melatih roh kita untuk menjadi satu dalam jiwa, pi­kiran kita akan menjadi jernih, emosi kita akan menjadi teratur, dan tekad kita akan terkendali. Demikian, kita berkemungkinan menjadi satu jiwa dengan orang kudus lainnya. Mengalami Kristus dalam roh terutama untuk pengalaman individual atau pribadi. Tetapi pengalam­an pribadi akan Kristus ini harus menghasilkan perhatian terhadap gereja. Bila pengalaman kita akan Kristus ingin menghasilkan perhatian terhadap gereja dan orang saleh, kita tidak boleh bersifat individualistis. Sebaliknya, kita akan menyadari keperluan korporat. Untuk memperhatikan gereja, kita harus menjadi satu dengan orang lain. Jika tidak, semakin banyak perhatian kita terhadap gereja, se­makin banyak masalah yang kita timbulkan.

Bukan hanya di antara mereka yang melayani dalam gereja, masalah di antara suami dan istri pun timbul karena mereka berdua tidak bersatu dalam jiwa. Mereka tidak mempunyai masalah dalam hal mengasihi Tuhan dan mengalami Dia. Saudara mengalami Kristus dalam rohnya, istrinya juga mengalami Kristus dalam rohnya. Tetapi, ke­tika mereka membicarakan hal‑hal tertentu, suami mempu­nyai satu konsepsi, istrinya mempunyai konsepsi lain. De­ngan kata lain, suami dan istri masing-masing memiliki jiwa yang berbeda. Sang istri mungkin pada akhirnya mengakui bahwa suaminya adalah kepala dan menuruti­nya, tetapi dalam batin ia tetap tidak menyetujui konsepsi suaminya itu. Mereka tidak benar‑benar sejiwa.

Cepat atau lambat, kita semua akan diuji apakah kita bersatu dalam jiwa dengan para pemimpin dan dengan orang orang yang lebih berpengalaman atau tidak. Jika Anda tidak sejiwa dengan para pemimpin dan orang‑orang yang berpengalaman, atau dengan mereka yang benar‑benar mengetahui situasi hidup gereja, Anda akan terhambat dan tidak mungkin maju dalam pengalaman akan Kristus. Tetapi jika Anda bersatu dalam jiwa dengan orang kudus tersebut, Anda akan terpelihara atau terlindung, dan Anda akan bebas dari masalah‑masalah apa pun dalam meng­alami Kristus.

Dalam Filipi 2:25 Paulus membicarakan Epafroditus, ka­tanya, "Saudara seimanku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku." Lalu dalam 2:30 Paulus menunjukkan ciri‑ciri yang me­nonjol dari Epafroditus, bahwa ia “nyaris mati... dan ia mempertaruhkan nyawanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku." Dalam Filipi 2:19‑30 kita nampak dua hal yang pen­ting tentang jiwa. Pertama, kita perlu bersatu dalam jiwa; kedua, kita perlu dengan rela hati mengorbankan atau mempertaruhkan jiwa kita. Kedua hal ini sangat penting jika kita ingin mempunyai satu perhatian sejati terhadap gereja‑gereja serta semua orang kudus. Timotius adalah seorang yang sejiwa, dan Epafroditus adalah seorang yang mempertaruhkan jiwa. Kita pun harus menjadi orang yang bersatu dalam jiwa dan yang rela mempertaruhkan jiwa kita. Kita harus bersedia mempersembahkan pikiran, tekad, dan emosi kita untuk menjadi satu dengan teman‑teman sekerja kita yang terkasih.

Perkataan Paulus tentang sejiwa merupakan satu pe­ringatan bagi segenap orang yang ada dalam pemulihan Tuhan. Jika kita tidak dapat bersejiwa dengan orang lain, kita tidak bisa memiliki kenikmatan yang penuh akan Kristus, sekalipun kita tinggal di dalam hidup gereja.Jangan menyayangi jiwa Anda, belajarlah mempertaruhkannya, mengorbankannya, dan membayar harga bagi hidup gereja. Jika kita mengasihi Tuhan dan gereja, pertama‑tama kita harus mengalami Tuhan dalam roh kita dan kemudian kita harus sejiwa dalam pengalaman akan Kristus guna memperha­tikan gereja dan bersedia juga rela mengorbankan jiwa ki­ta bagi orang kudus. Dalam pemulihan Tuhan hari ini kita perlu orang‑orang kudus yang menuntut Tuhan dan menik­mati Dia dalam roh mereka dan yang juga rela memiliki perhatian yang sejati terhadap gereja melalui sejiwa dan mempertaruhkan hayat jiwa mereka. Jika kita bersatu dalam jiwa seperti halnya dalam roh, pengalaman kita ter­hadap Kristus akan mencapai puncaknya.