Artikel

Artikel

Dipilih Menjadi Kudus Dan Ditentukan Menjadi Anak-anak Allah

Posted 07/10/2012 | 12:10

Pembacaan Alkitab: Efesus 1:4-5

Berkat pertama yang Allah ka­runiakan kepada kita, dan perkara yang pertama dari kata‑kata indah Allah tentang gereja adalah bahwa Ia telah memilih kita. Efesus 1:4 mengatakan, "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan‑Nya." Pemilihan Allah adalah berkat pertama yang Ia ka­runiakan kepada kita. Pemilihan Allah berarti seleksi Allah. Dari antara orang‑orang yang tak terhitung jumlahnya, Dia memilih kita.

Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan. Ini ditujukan pada kekekalan yang lam­pau. Sebelum Dia menciptakan kita, Allah memilih kita menurut pandangan jauhnya yang tak terbatas. Pemilihan Allah bukan terjadi dalam waktu, melain­kan dalam kekekalan. Di antara jutaan manusia, Dia telah mengenal kita, bahkan sebelum kita terlahir, dan memi­lih kita sebelum dunia dijadikan. Ungkapan "sebelum dunia dijadikan" mencakup alam semesta, tidak hanya bumi. Ini berarti bahwa dunia, alam semesta, diciptakan bagi keberadaan manusia untuk menggenapkan tujuan kekal Allah, dan manusia adalah inti dari kehendak kekal Allah. Alam semesta dijadikan agar manusia dapat hidup, agar melalui manusia kehendak kekal Allah dapat digenapkan.

Apakah tujuan pemilihan Allah atas kita? Allah memilih kita, supaya kita menjadi kudus. Istilah "kudus" berarti dikuduskan, disisih­kan bagi Allah, terpisah dari segala sesuatu yang bersifat umum. Renungkanlah, hanya Allah yang berbeda, terpisah dari segala sesuatu. Karena itu, hanya Dia yang kudus; kudus adalah sifat‑Nya. Tujuan pemilihan-Nya adalah membuat kita kudus dengan menyalurkan diri­-Nya sendiri, Sang Kudus, ke dalam diri kita, sehingga seluruh diri kita diresapi dan dijenuhi dengan sifat ku­dus‑Nya. Bagi kita, kaum pilihan Allah, menjadi kudus berarti mengambil bagian dalam sifat ilahi Allah (2 Ptr. 1:4), dan membiarkan seluruh diri kita diresapi dengan Allah sendiri. Ini membuat diri kita kudus dalam sifat dan karakter Allah, sama seperti Allah sendiri. Kita tidak seharusnya menjadi umum, tetapi harus kudus, harus berbeda. Untuk menjadi kudus, kita perlu menjadi satu dengan Allah, sebab hanya Allah yang kudus (Im. 11:44; 1 Sam. 2:2).

Dari keluarga, tetangga, rekan, dan teman sekolah, kita perlu dipisahkan kepada Allah. Namun, banyak orang Kristen yang sudah diselamatkan, belum lagi dipisahkan. Dalam keadaan normal, begitu seseorang beroleh selamat, ia pun harus dipisahkan. Itulah sebabnya orang yang percaya disebut orang kudus. Sayang sekali, banyak anak-anak Allah hari ini, mungkin juga termasuk kita,  kehidupannya tidak jauh berbeda dengan orang‑orang duniawi. Bahkan ada kondisi di mana sampai‑sampai banyak kerabat atau kawan tidak tahu kalau kita orang Kristen. Kondisi ini menunjukkan betapa kita perlu mengalami pengudusan secara kedudukan, dipisahkan bagi dan kepada Allah. Kita dapat bersaksi bahwa di mana saja kita berada -- di sekolah, di tempat kerja, di rumah, atau berkumpul dengan tetangga kita --  pengudusan terus terjadi. Allah yang memanggil kita, yang juga menguduskan kita, serta memisahkan kita, adalah setia. Allah akan terus-menerus menaruh kita ke dalam diri-Nya, sampai kita seluruhnya terpisah dari dunia.

Suatu barang yang tidak bagi Allah, bukan milik Allah, tidak kudus; begitu bagi Allah, milik Allah, menjadi kudus, terpisahkan. Misalkan seekor lembu atau domba, asalnya tidak kudus, tetapi begitu diletakkan di atas mezbah, langsung menjadi kudus (Mat. 23:19), karena mezbah memisahkannya untuk Allah. Emas asalnya tidak kudus, tetapi begitu diletakkan di dalam Bait Suci langsung menjadi kudus (Mat. 23:17), karena Bait Suci memisahkannya untuk Allah. Makanan asalnya tidak kudus, karena doa kita ia menjadi kudus, sebab doa kita memisahkannya untuk dipakai bagi kita. Asalnya lembu, domba, dan makanan berada di dalam dunia, semuanya milik dunia, semuanya untuk dunia, sebab itu bersifat duniawi, tidak kudus. Sekarang mezbah memisahkan lembu dan domba, Bait Suci memisahkan emas, doa kaum beriman memisahkan makanan, lalu barang-barang itu dipisahkan untuk Allah dan menjadi milik Allah, secara langsung atau tidak langsung diperuntukkan Allah, sebab itu menjadi kudus. Barang-barang itu dikuduskan, bukan supaya mereka tidak berdosa, melainkan memisahkan mereka bagi Allah. Lembu domba, emas, atau makanan apakah bisa berdosa? Apakah masih perlu terlepas dari dosa? Meskipun mereka tidak ada persoalan dosa, tetapi ada persoalan duniawi. Mereka adalah milik dunia, untuk orang dunia, bukan bagi Allah, bukan untuk Tuhan. Sebab itu mereka perlu menjadi kudus, perlu ada satu sifat yang tersisih bagi Allah, dan untuk digunakan oleh Allah. Jadi, dikuduskan adalah tersisih, tidak saja tersisih dari dosa, terlebih pula tersisih dari dunia, dari keduniawian dan dari segala sesuatu yang bukan milik Allah, dari segala yang bukan untuk Allah, sehingga sesuai dengan sifat dan hakiki Allah yang kudus.

Berkat kedua yang Allah ka­runiakan kepada kita adalah bahwa kita telah ditentukan dari semula untuk menjadi anak-anak Allah. Efesus 1:5 mengatakan, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Kata “menentukan” di sini juga bisa diterjemahkan sebagai “menandai”. Pernahkah Anda menyadari bahwa sebelum dunia dijadikan Anda telah ditandai? Anda tidak bisa lari dari tangan Allah. Mungkin Anda telah mencoba beberapa kali tetapi tidak pernah berhasil! Semakin sering mencoba, semakin kuat Ia menggenggam Anda. Ke mana Anda dapat pergi untuk melarikan diri dari Allah? Ke mana saja Anda pergi, Ia ada di sana (Mzm. 139:7-10). Kadang-kadang, Anda mungkin bosan untuk datang ke sidang-sidang gereja dan memutuskan untuk pergi ke tempat lain. Ketika Anda sampai di tempat lain itu, Tuhan Yesus ternyata sedang menunggu Anda di sana! Hal ini menunjukkan bahwa Anda telah ditandai.

Apakah tujuan penentuan Allah atas kita? Dalam kekekalan yang lampau Allah telah menen­tukan kita untuk menjadi anak‑anak‑Nya, menetapkan nasib bagi umat pilihan‑Nya sebelum dunia dijadikan. Sasaran penentuan Allah adalah keputraan. Bahkan kita te­lah ditentukan untuk menjadi anak‑anak Allah sebelum kita diciptakan. Maka, sebagai makhluk ciptaan Allah, ki­ta perlu dilahirkan kembali oleh‑Nya, agar kita boleh mengambil bagian dalam hayat‑Nya untuk menjadi anak­-anak‑Nya. Keputraan bukan hanya menyiratkan hayat, juga kedudukan anak. Kita yang telah ditetapkan ini memiliki hayat untuk menjadi anak‑anak‑Nya dan memiliki kedudukan untuk mewarisi Dia. Pada akhirnya, keputraan akan membuat kita  kita me­warisi segala apa adanya Allah sampai selama‑lamanya (Why. 21:7).


Fitur komentar ditutup.