Artikel

Artikel

Berkat yang Sejati

Posted 07/01/2013 | 12:01


Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:3-4; 3:9; 1 Kor. 2:9; 2 Kor. 13:13; Bil. 6:24-26

Alkitab memberitahu kita bahwa kita telah dipanggil untuk mewarisi berkat (1 Ptr. 3:9). Puji Tuhan, anak-anak Allah adalah sekelompok orang yang berada di bawah berkat Allah. Mungkin ada orang Kristen yang memiliki konsepsi bahwa mewarisi berkat di sini berarti memiliki suatu pekerjaan yang ideal, sebuah rumah yang besar, sebuah mobil model terbaru, dan seterusnya. Ada pula yang mengartikan bahwa hidup yang bekelimpahan yang disebutkan dalam Yohanes 10:10 adalah kemakmuran materi anak-anak Allah. Saudara saudari terkasih, sebenarnya berkat apakah yang Allah sediakan bagi kita?

Menurut 1 Petrus 1:3-4, berkat yang Allah berikan kepada kita adalah suatu bagian warisan yang  tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kita. “Tidak dapat binasa” di sini mengacu kepada substansinya yang tidak dapat hancur, tidak dapat rusak. “Tidak dapat cemar” mengacu kepada kemurniannya, tidak bernoda. “Tidak dapat layu” mengacu kepada kecantikannya dan kemuliaannya, tidak pudar. Ini adalah kualitas yang unggul dari warisan kekal kita, berkat kita. Kualitas-kualitas ini tentu tidak berhubungan dengan sebuah rumah yang besar, sebuah mobil model terbaru, atau benda-benda lainnya, melainkan berhubungan dengan Trinitas Ilahi. Tidak dapat binasa berhubungan dengan sifat Bapa, yang seperti emas; tidak dapat cemar, berhubungan dengan keadaan yang dijaga oleh pekerjaan pengudusan Roh itu; dan tidak dapat layu, berhubungan dengan ekspresi Putra yang mulia.

Selain itu, Rasul Paulus berkata bahwa apa yang disediakan Allah bagi kita yang mengasihi Dia adalah "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia” (1 Kor. 2:9). Apa yang Allah sediakan bagi kita itu jauh melampaui pengenalan, pemahaman, bahkan imajinasi kita! Dalam Yohanes pasal 6, Tuhan Yesus dengan lima roti dan dua ekor ikan memberi makan sampai kenyang 5.000 orang. Keesokan harinya, sekelompok orang itu kembali mencari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus dengan tegas memberi tahu mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu” (ayat 26-27). Jika Tuhan mau, tentu saja Ia mampu menyediakan “roti dan ikan” bagi kita, yakni makanan yang dapat binasa, sebab Ia adalah Allah yang berkuasa. Namun, apa yang ingin Ia karuniakan kepada kita sebenarnya bukan itu, melainkan Diri-Nya sendiri sebagai makanan dan suplai rohani kita. Dialah makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal! Perkataan Tuhan di atas mengekspos motivasi kita dalam mengikuti Dia. Saudara saudari, hari ini kita mengikuti Tuhan bukan karena “roti dan ikan” yang dapat binasa, tetapi karena pada-Nya ada makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal!

Dalam bagian akhir surat kirimannya kepada gereja di Korintus, Rasul Paulus memberikan perkataan berkat, “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor. 13:13). Inilah berkat yang sejati itu. Kasih karunia Tuhan adalah Tuhan sendiri sebagai hayat kita untuk kenikmatan kita (Yoh. 1:17); kasih Allah adalah Allah sendiri (1 Yoh. 4:8; 4:16) sebagai sumber kasih karunia Tuhan; persekutuan Roh itu adalah Roh itu sendiri sebagai transmisi dari kasih karunia Tuhan dengan kasih Allah untuk partisipasi kita. Kasih Allah adalah sumber, karena Allah adalah asal mulanya; kasih karunia Tuhan adalah aliran kasih Allah, karena Tuhan adalah ekspresi Allah; persekutuan Roh adalah penyaluran kasih karunia Tuhan beserta kasih Allah, karena Roh adalah transmisi Tuhan beserta Allah, bagi pengalaman dan kenikmatan kita. Sesungguhnya berkat yang sejati itu tidak lain adalah kita berbagian, mengalami, menikmati, dan mendapatkan Allah Tritunggal yang telah melalui proses, sekarang dan sampai selamanya.

Bagaimanakah pengalaman yang riil atas berkat yang sejati seperti yang disebutkan dalam 2 Korintus 13:13? Dalam Bilangan 6:24-26, Alkitab berkata, “TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Memberkati dan melindungi berasal dari Bapa; menyinari dengan wajahNya dan memberi kasih karunia" berasal dari Putra; dan menghadapkan Wajah-Nya dan memberi damai sejahtera berasal dari Roh Kudus. Bapa memberkati kita, Putra menyinari kita, dan Roh Kudus menghadapkan wajahNya kepada kita. Hasilnya, kita dilindungi, kita menerima kasih karunia dan kita mendapat damai sejahtera. Haleluya!

Saudara saudari terkasih, untuk mendapatkan dan menikmati berkat yang sejati ini, kita perlu berada di tempat yang tepat. Baik menurut wahyu Perjanjian Baru maupun menurut pengalaman kita, berkat ini hanya bisa dapatkan di dalam gereja (Ef. 1:3). Seluruh berkat Allah Tritunggal hari ini ada di dalam gereja. Hari ini banyak orang mengatakan bahwa tidak ada yang lebih riil daripada uang, namun jika Anda menempuh kehidupan gereja dengan normal, Anda dapat membuktikan sendiri bahwa berkat Allah Tritunggal itulah yang riil, yang sejati; karena di dalam gereja Anda telah mencicipi, menikmati, dan mengalami Allah sendiri sebagai berkat sejati Anda (2 Kor. 4:18; Pkh. 5:9-10).

Karena berkat sejati ini bersifat rohani maka untuk menikmatinya kita harus melatih roh kita, juga melatih iman kita. Roh kita perlu dibangkitkan, dibarakan (2 Tim. 1:6-7). Doa adalah cara terbaik untuk melatih roh kita. Melalui berdoa senantiasa, roh kita terus menerus berkontak dengan Tuhan, dan pada saat demikianlah berkat rohani tersalur ke dalam kita. Kita pun bisa menggunakan firman yang kita baca sebagai doa kita (Ef. 6:17b-18), misalnya di pagi hari, kita bisa membaca beberapa ayat Alkitab dan mengubahnya menjadi isi doa kita. Praktek yang demikian tidak hanya untuk kerohanian individu, tetapi kita pun bisa membantu kaum saleh yang baru untuk melakukan hal yang sama, misalnya dengan mendampingi mereka berkontak dengan Tuhan melalui sarana telepon manna surgawi. Jika setiap orang kudus mempraktekkan hal ini, dapat dipastikan sidang-sidang gereja akan menjadi kaya dan tinggi, dan berkat sejati Allah Tritunggal ini akan mengalir dengan limpah di antara kita.

Saudara saudari sekalian, marilah di awal tahun yang baru ini kita mempersembahkan diri kita sekali lagi, memberikan waktu-waktu yang masih ada di tangan kita untuk menikmati, mengalami, dan menyalurkan berkat yang sejati ini. Jika kita dengan tekun mencari berkat yang sejati ini, Tuhan akan menambahkan apa yang menjadi keperluan kita (Mat. 6:33). Kiranya kita semua bisa dengan hati yang tulus berkata, “Yang aku tuntut Allah melulu, bukanlah senang bukanlah bahagia . . . Satu yang kubuat, cari Dia melulu, setiap waktu Allah yang kuperlu, Allah muliaku itu upahku.”