Artikel

Artikel

Berkat Keesaan Umat Allah

Posted 06/09/2013 | 12:09

Pembacaan Alkitab : Ef. 2:14-15; Yoh. 17:11, 17, 22.


Dalam Kitab Efesus yang khusus membicarakan gereja, kita melihat bahwa gereja adalah yang direncanakan Allah dalam kekekalan yang lampau. Sesuai kerelaan hati-Nya sebelum waktu berawal, menurut tujuan dan rencana kekal-Nya, Allah telah merencanakan ada gereja. Walau gereja muncul di dalam waktu, namun telah direncanakan Allah dalam kekekalan. Hari ini sangat sedikit orang Kristen yang benar-benar mementingkan gereja. Mereka menganggap gereja sebagai sesuatu yang sudah seharusnya demikian, dan yang mereka perhatikan hanya keselamatan, kesucian, kemenangan, kerohanian, dan sebagainya. Ketika orang Kristen menyinggung masalah gereja, kebanyakan hanya bersifat argumentatif atau kritik, sedikit sekali yang memperhatikan gereja secara positif. Namun dalam Kitab Efesus kita melihat bahwa gereja berkaitan dengan kehendak dan hasrat hati Allah. Karena gereja adalah satu perkara yang demikian besarnya dalam pandangan Allah, maka kita harus baik-baik memperhatikannya.

Baik dalam Surat-surat Kiriman maupun dalam sejarah gereja selama dua ribu tahun ini, kita dapat melihat bahwa hal yang paling merusak gereja adalah konsepsi alamiah manusia yang didasari oleh latar belakang agama, budaya atau tradisi, serta ambisi. Hal-hal ini telah mengakibatkan gereja menjadi merosot dan terpecah-belah, sehingga Tubuh Kristus tidak dapat terbangun, bahkan terusak. Gereja di bangun di atas Kristus sebagai dasarnya, dan isinya pun hanya Kristus. Begitu kita memasukkan hal-hal di luar Kristus ke dalam gereja, segeralah muncul problem dan perpecahan. Rasul Paulus menasihati gereja di Korintus supaya jangan ada perpecahan di antara mereka (1 Kor. 1:10). Adanya nasihat ini tentu membuktikan bahwa memang ada kondisi itu di antara mereka. Jika kita melihat lebih jauh penyebabnya, kita akan menemukan bahwa penyebabnya adalah konsepsi alamiah yang belum ditanggulangi oleh salib.

Jika kita ingin gereja terbangun, kita harus menanggulangi konsepsi alamiah kita, termasuk segala ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan, dan kecenderungan alamiah kita yang bersumber dari latar belakang manusia lama kita. Kita seharusnya hanya memperhatikan Kristus sebagai hayat dan persona kita. Hanya dengan jalan demikian barulah ada keesaan yang sejati. Di dalam latar belakang manusia lama kita, tidak mungkin ada keesaan, sebab kita memiliki begitu banyak perbedaan. Tetapi di dalam Kristus, kita telah dipersatukan oleh kematian-Nya yang telah merobohkan tembok pemisah, sehingga ada damai sejahtera (Ef. 2:14-15). Di dalam Kristus, kita telah diciptakan menjadi satu manusia baru, di mana tidak ada lagi tempat bagi konsepsi alamiah kita, termasuk segala ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan.

Dalam Yohanes 17, Tuhan Yesus berdoa agar kaum beriman-Nya menjadi esa, sama seperti Ia dan Bapa adalah esa (ay. 11). Namun sayang, keesaan yang dibicarakan oleh banyak orang Kristen hari ini hanyalah suatu penumpukan. Namun kadangkala bahkan bukan suatu penumpukan, tetapi sebatas menjaga jarak aman. Seorang yang di tepi timur berkata, "Saudara yang kekasih, aku bersatu denganmu." Yang di tepi barat mungkin menjawab, "Ya, aku bersatu denganmu." Tetapi dalam hatinya ia berkata, "Kalau kita tidak menjaga jarak aman di antara kita, kita akan saling melukai." Situasi hari ini ialah bahu takut kepada leher, sehingga ingin tetap berjarak aman dengannya. Mata juga takut kepada hidung, mengatakan, "Hai saudara hidung, engkau terlalu kuat. Aku tidak berani tinggal bersamamu. Aku akan baik-baik terhadapmu, tetapi aku harus tetap menjaga jarak aman denganmu." Situasi demikian ada di antara kita, dan itu bukanlah keesaan yang sejati.

Dalam Mazmur 133, Pemazmur berkata, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” Dan Mazmur ini berakhir begini: “Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, yaitu hayat yang kekal” (Tl.). Mazmur ini dengan jelas menyatakan bahwa berkat hayat berkaitan dengan keesaan umat Allah. Mazmur 133 juga mengatakan tentang minyak dan embun Gunung Hermon. Minyak dan embun yang berharga itu bukan berada di mana-mana, ia hanya dapat dinikmati di tempat tertentu. Kalau seorang Israel ingin menikmati berkat yang diperintahkan Tuhan, maka ia harus berada di tempat keesaan itu. Artinya, ia paling tidak setahun tiga kali melakukan perjalanan ke Bukit Sion. Prinsip ini juga berlaku pada hari ini. Jika kita mau menikmati berkat hayat yang diperintahkan Tuhan, kita harus berada dalam keesaan.

Perkataan dalam Mazmur 133:3 itu pasti. Pemazmur di sini berkata bahwa ke sanalah, yakni ke keesaan itulah Tuhan memerintahkan berkat, yaitu hayat yang kekal. Ketika saudara-saudara diam bersama dalam keesaan, di sanalah ada minyak mengalir, dan embun turun, dan umat Allah menikmati berkat hayat. Jika kita kehilangan keesaan, kita kehilangan pengalaman urapan minyak, turunnya embun, dan berkat hayat. Jika kita ingin bertahan dalam keesaan, kita harus tinggal dalam hayat, sebab hayat mempertahankan keesaan. Hal ini benar bagi orang Israel pada zaman dulu, benar juga bagi kita pada hari ini.

Bagaimana agar kita bisa esa? Faktor pertama keesaan yang sejati adalah nama Bapa dengan hayat ilahi Bapa (Yoh. 17:11). Kita semua anak Allah yang mempunyai hayat ilahi yang sama dan Allah itu ialah Bapa kita bersama. Karena Allah adalah Bapa kita dari keluarga yang sama, kita dapat memanggil satu sama lain saudara. Kita semua dilahirkan dari Bapa yang sama, berhayat sama dan adalah saudara dalam hayat itu.

Faktor kedua keesaan yang sejati adalah di dalam Allah Tritunggal melalui pengudusan oleh firman kudus (17:17). Firman Tuhan mempunyai daya pengudusan untuk memisahkan kita dari dunia. Kapan kita telah dipisahkan dari dunia oleh firman kudus, kita akan datang bersama untuk mewujudkan keesaan yang sejati. Tuhan telah memberikan kaum imani dua macam firman: logos, firman konstan (ay. 14, 17) dan rhema, firman seketika (ay. 8). Kedua macam firman ini kudus, mempunyai daya pengudusan untuk memisahkan kaum imani dari dunia. Bertambah banyak kita menerima firman Tuhan yang konstan dan instan ke dalam kita, kita tambah dikuduskan. Semakin kita diberi makan, diresapi dan dipenuhi dengan firman Tuhan yang konstan atau instan, kita menjadi semakin kudus. Semakin kita kudus, semakin berada dalam keesaan sejati.

Faktor ketiga keesaan yang sejati adalah kemuliaan -- di dalam kemuliaan ilahi untuk mengekspresikan Allah Tritunggal (17:22). Keesaan kita mengandung satu tujuan -- mengekspresikan Allah Bapa dalam kepenuhan-Nya. Hayat ilahi Bapa, firman kudus, dan kemuliaan ilahi adalah faktor-faktor penting yang mengesakan umat Allah. Jika kita mau mengabaikan konsepsi alamiah, ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan, sebaliknya hanya fokus pada ketiga hal ini – hayat ilahi Bapa, firman kudus, dan kemuliaan ilahi – maka di tengah-tengah kita akan ada keesaan sejati dan pembangunan  yang riil.