Artikel

Artikel

Berjaga-jaga dalam Doa

Posted 23/05/2013 | 12:05

Pembacaan Alkitab: Efesus 6:18-20


Efesus 6:10-17 mewahyukan kepada kita bahwa sebagai pejuang, gereja diperlengkapi dengan enam butir perlengkapan senjata Allah, yakni ikat pinggang realitas, baju zirah kebenaran, dasar yang teguh dari Injil damai sejahtera, perisai iman, ketopong keselamatan, dan pedang Roh itu. Bila gereja telah diperlengkapi dengan seluruh perlengkap­an senjata ini, maka gereja dapat berdiri melawan serangan mu­suh Allah, bahkan menyerang dan menaklukkannya. Setiap butir dari perlengkapan senjata Allah ini tidak boleh hanya menjadi pengetahuan saja, melainkan harus bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, setelah menjelaskan butir demi butir dari perlengkapan senjata Allah ini, Paulus kemudian beralih kepada perihal berdoa, agar melalui doa, semua butir tersebut dapat kita alami dan terapkan dalam kehidupan kita.

Efesus 6:18 mengatakan, "Dengan segala doa dan per­mohonan, berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga‑jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus‑putusnya untuk semua orang kudus." Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa doa adalah satu-satunya sarana yang dapat kita gunakan untuk mene­rapkan butir‑butir perlengkapan senjata Allah dalam pengalaman kita. Melalui segala doa dan permohonanlah kita berikat­pinggangkan realitas, berbajuzirahkan kebenaran, dan berkasutkan dasar yang teguh dari Injil damai sejahtera. Lagi pula, melalui doalah kita memegang perisai iman dan menerima ketopong keselamatan dan pedang Roh itu, yaitu firman Allah. Kapan saja kita ingin mengenakan perlengkapan senjata atau memakai setiap butir dari perlengkapan senjata itu, kita perlu berdoa. Karena itu, doa adalah perkara yang penting, menentukan, dan vital bagi kita.

Mengenai berdoa, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, kita perlu memanjatkan segala doa dan permohonan. Doa itu ber­sifat umum, tapi permohonan bersifat khusus. Setiap hari kita ber­doa secara umum, namun di dalam situasi-situasi tertentu, kita perlu berdoa secara khusus, mungkin sampai tidak tidur atau tidak makan untuk memohon kepada Tuhan demi situasi itu. Kita perlu memiliki iman dan tekad yang gigih, seperti iman dan tekad seorang janda dalam Lukas 18 yang siang malam berseru memohon pembelaan sampai sang hakim merasa direpotkan lalu membela kasusnya. Tuhan berkata, Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (Luk. 18:7). Masalahnya di sini bukan di pihak Allah, melainkan adakah kita memiliki iman yang gigih untuk doa kita yang terus-menerus, seperti iman janda itu.

Kedua, kita perlu berdoa setiap waktu. Berdoa setiap waktu di sini berhubungan dengan perkataan Paulus da­lam 1 Tesalonika 5:17 yaitu "Berdoalah dengan tidak pu­tus‑putusnya" (Tl.).Bagi  hayat rohani kita, berdoa seperti bernapas  terhadap  tubuh kita, tidak boleh berhenti. Kita bisa berdoa sewaktu-waktu, di mana-mana dengan spontan berdoa. Begitu bertemu urusan, dengan sendirinya bisa berdoa, sama seperti mata kita terbentur sesuatu dengan sendirinya bisa mengedip. Sebab itu, kita bisa berdoa dengan tidak berkeputusan.

Ketiga,kita perlu berdoa setiap waktu “di dalam roh”, yakni di dalam roh perbauran, di dalam roh kita yang telah dihuni oleh Roh Allah. Paulus menyuruh kita berdoa dalam roh menyiratkan kita harus berdoa dalam Roh Allah, karena kedua roh ini telah berbaur di dalam kita (1 Kor. 6:17). Dalam doa, organ utama yang harus kita pakai ialah roh kita : Jika pikiran kita terlalu aktif, atau jika emosi kita tidak terkendali, kita akan merasa sulit berdoa. Tidak hanya demikian, jika kita ingin berdoa setiap waktu di dalam roh, tekad kita harus perkasa. Orang yang tekadnya seperti ubur‑ubur tidak dapat berdoa. Doa kelihatannya mudah, tetapi sebenarnya sulit. Berbicara atau membaca sangat mudah, namun berdoa tidaklah mudah. Itulah sebabnya doa memerlukan latihan tekad kita.

Seorang Kristen seharusnya adalah seorang pendoa. Tidak berdoa adalah suatu dosa. Jika Anda tidak berdoa bagi orang lain, bagi kaum saleh, atau bagi sanak keluar­ga Anda, berarti Anda berbuat dosa. Namun, tidak ba­nyak orang Kristen yang menganggap kurang berdoa itu sebagai dosa. Kita perlu melatih tekad kita untuk men­jadi pendoa. Demi suatu kehidupan doa yang wajar, pikir­an kita harus jernih, emosi kita harus teratur, dan tekad kita harus perkasa. Setelah itu, barulah kita dapat ber­doa setiap waktu di dalam roh.

Keempat, kita perlu berjaga-jaga untuk doa-doa kita. Dalam ayat 18 Paulus mengatakan, "Dan berjaga‑jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tidak putus‑putusnya untuk semua orang kudus."Ini menunjukkan bahwa kita perlu berjaga‑jaga, waspada, demi kehidupan doa ini. Kita perlu ber­jaga‑jaga agar waktu kita yang seharusnya kita gunakan untuk berdoa tidak dirampas. Untuk berjaga‑jaga secara riil, banyak orang dalam gereja menetapkan waktu‑waktu khusus untuk berdoa.

Jika kita tidak menempuh kehidupan doa kita dengan berjaga‑jaga, kita akan kehilangan waktu. Di sana­ sini waktu kita sehari suntuk akan terbuang dengan sia‑sia. Kita akan kehilangan waktu kita dengan sia‑sia sebab waktu kita tidak diatur dan dikendalikan dengan baik. Dalam pekerjaan, mungkin waktu kita diatur de­ngan ketat, tetapi dalam hal berdoa, banyak orang yang tidak mengatur waktu mereka. Akibatnya, lenyaplah ba­nyak waktu yang dapat dipakai untuk berdoa. Kalau kita tidak menebus waktu kita dan memanfaatkan setiap ke­sempatan yang ada, banyak waktu akan terbuang dengan sia‑sia. Walaupun mungkin Anda sangat sibuk, janganlah hal itu menjadi dalih Anda untuk tidak berdoa. Jika An­da menghargai kehidupan doa Anda, Anda pasti akan berjaga‑jaga dalam doa dan mengatur waktu untuk ber­doa. Tidak peduli bagaimana repotnya Anda, Anda tetap memiliki waktu untuk berdoa.

Berdasarkan teladan dalam Alkitab, lebih baik meng­atur waktu untuk berdoa lebih dari sekali setiap hari. Sebagai contoh, Daniel berdoa tiga kali sehari (Dan. 6:10); pemazmur juga mengatakan tentang doa pagi, pe­tang, dan tengah hari (Mzm. 55:17). Jika kita membina kebiasaan berdoa pada waktu‑waktu yang teratur setiap hari, kita akan beroleh berkat besar. Berkat ini tidak saja akan mempengaruhi hidup pribadi kita, tetapi juga mem­pengaruhi gereja, tetangga, bahkan bangsa kita.

Paulus menyuruh kita berjaga‑jaga di dalam doa yang tak putus‑putusnya. "Tak putus‑putusnya" di sini dalam bahasa aslinya berarti "dengan segala ketekunan". Untuk memelihara suatu kehidupan doa, kita perlu se­gala ketekunan, perhatian yang tekun dan terus‑menerus. Jika Anda telah menentukan satu waktu berdoa pada pagi hari, Anda perlu berjaga‑jaga dengan tekun pa­da waktu itu. Jangan sekali‑kali mengizinkan perkara apa pun mengganggu Anda. Mungkin Anda harus memutus­kan telepon Anda selama waktu itu. Jika kita tidak de­ngan tekun berjaga‑jaga dalam doa, musuh akan mengi­rimkan banyak gangguan kepada kita.

Terakhir,doa kita harus ada sasarannya. Di bagian akhir ayat 18 Paulus mengatakan tentang "per­mohonan untuk semua orang kudus". Ini menunjukkan bahwa kita perlu berdoa secara khusus untuk semua orang kudus. Renungkan, berapa banyak waktu yang di­perlukan untuk berdoa bagi orang kudus di tempat Anda dan bagi orang kudus di kota dan negara lain! Dalam ayat 19-20, Paulus juga menganjuri kaum beriman di Efesus berdoa baginya, agar kepa­danya dikaruniakan perkataan, sehingga ia dengan keberanian dapat memberitakan rahasia Injil yang mencakup wahyu tentang Kristus dan gereja bagi penggenapan tujuan kekal Allah. Di sini kita melihat adanya satu kebutuhan yang besar. Tuhan menghendaki agar sua­sana penginjilan berkembang di semua gereja lokal. Ber­doalah agar suasana yang demikian semakin kuat. Dalam sidang penginjilan kita, kita tidak hanya menyanyi dan memberi tahu orang bahwa Kristus dapat memenuhi ke­butuhan mereka, memuaskan mereka, tetapi juga harus menyampaikan berita yang lengkap tentang perkara yang tinggi, yakni tentang ekonomi Allah. Untuk semua hal ini, kita perlu bangkit berdoa!