Artikel

Artikel

Bagaimana Bertekun dalam Doa?

Posted 30/01/2013 | 12:01

Ketika sebagian orang Kristen mendengar perkataan tentang doa, mereka segera bertanya bagaimana caranya berdoa. Kita harus melupakan tentang cara, dengan sederhana berdoa saja. Sebagai contoh, seorang bocah belajar berjalan melalui berjalan. Tidak banyak orang tua yang mengajar anak-anaknya berjalan. Sama prinsipnya, kita belajar berdoa melalui berdoa.

Dalam  4:2 Paulus menyuruh kita bertekun dalam doa. Ini berarti kita tidak hanya terus menerus dalam doa, tetapi kita harus berjuang atau berusaha keras untuk melanjutkan doa kita. Dalam lingkungan kita hampir setiap hal bertentangan dengan doa. Untuk dapat berdoa, kita perlu melawan arus lingkungan kita. Jika kita gagal berdoa, kita akan terhanyut ke hilir. Sebab itu, kita perlu bertekun dalam doa, berdoa terus menerus. 

Dari hari ke hari kita perlu melatih diri kita untuk berdoa. Kita bahkan setiap hari harus menyisihkan waktu tertentu untuk berdoa. Janganlah memaafkan diri kalian dengan berkata bahwa kalian tidak memiliki beban untuk berdoa. Berdoalah sekalipun kalian seolah-olah tidak ada beban, atau ketika nampaknya kalian tidak memiliki ada sesuatu yang harus dikatakan kepada Tuhan....Namun ketika kalian pergi kepada Tuhan dengan doa yang tanpa beban, mengatakan kepada-Nya bahwa kalian tidak ada sesuatu yang harus diucapkan, kalian akan nampak kalian sendiri disegarkan di dalam Tuhan dan dapat berdoa dengan sejati. Bila kita membuka diri kepada Tuhan dan mengakui kita tidak tahu apa yang harus diucapkan kepada-Nya, maka kita akan menghirup udara rohani yang segar, dan kita akan terlindung di dalam kasih karunia Tuhan.

Sebelum kita mencoba bertekun dalam doa, kita harus terlebih dulu membuat mengadakan perjanjian dengan Tuhan mengenai kehidupan doa kita. Berdoalah kepada-Nya dengan tegas begini, ”Tuhan, aku ingin bersungguh-sungguh dengan-Mu dalam masalah doa ini. Aku minta langit dan bumi bersaksi bahwa saat ini aku ingin memiliki kehidupan doa. Aku tidak mau menjadi seorang yang tidak berdoa. Sebaliknya, aku ingin menjadi pendoa.”…Kita perlu berkata kepada-Nya, ”Tuhan, aku ngotot dalam hal ini. Aku mempersembahkan diriku kepada-Mu, agar aku dapat memiliki kehidupan doa. Tuhan, jagalah aku dalam roh doa. Jika aku lupa atau lalai akan hal ini, aku tahu Engkau tidak akan melupakannya. Ingatkanlah aku selalu untuk berdoa.” Doa semacam ini boleh dianggap sebagai satu nazar kepada Tuhan. Kita semua perlu membuat satu nazar kepada-Nya untuk kehidupan doa kita. Kita perlu berkata kepada Tuhan, ”Tuhan, aku tahu kalau aku melupakan nazar ini, Engkau tidak akan melupakannya. Sejak awal ini, Tuhan, aku ingin menyerahkan kewajiban ini kepada-Mu dengan jelas. Tuhan, janganlah membiarkan aku. Ingatkanlah aku untuk berdoa.”

Setelah kita membuat perjanjian dengan Tuhan tentang doa, kita harus menyisihkan waktu-waktu tertentu untuk berdoa. Misalnya, kalian boleh menyisihkan sepuluh menit setiap pagi. Selama waktu tersebut, berdoa harus menjadi prioritas utama. Kita harus menganggap doa sebagai urusan yang terpenting, dan tidak ada satu hal pun boleh mengganggunya. Jika kita tidak mempunyai sikap yang demikian, kita tidak mungkin memiliki kehidupan doa yang sukses. Tidak peduli berapa banyak hal yang harus kita lakukan setiap hari, setidak-tidaknya kita dapat menyisihkan beberapa menit di sana atau di sini untuk berdoa. Kita boleh berdoa sedikit pada pagi hari, dan berdoa lagi di tengah hari setelah selesai bekerja, dan malamnya kita boleh menyisihkan waktu lagi untuk berdoa. Melalui menyisihkan waktu-waktu tertentu dalam sehari, mungkin kita dapat menyisihkan setengah jam untuk berdoa.

Sumber: Yayasan Perpustakaan Injil, Pelajaran Hayat Kolose, berita 30, Witness Lee.
 


Fitur komentar ditutup.